Dalam sergapan pandemi, Bali tetap membangun harapan, menciptakan karya monumental masa depan, sebuah taman terumbu karang, taman para penari.
Bali tetaplah Bali, terasa magisnya, damai, meskipun senyap karena pandemi. Saya tercenung membatin mungkin Dewa penjaga semesta sedang bekerja tanpa riuh, menata alam, mewarnai terumbu karang menyiapkan sambutan buat para pelancong yang lelah karena pandemi. Pandemi COVID-19 secara tragis memang menghentikan gerak para wisatawan dan memporak-porandakan impian penyedia hiburan.
Walaupun demikian, ganasnya wabah ini tidak juga menggerus harapan, bahwa kita akan melewatinya dan situasi akan kembali "normal." Kita akan perlahan mulai membuka catatan pelesiran yang selama ini kita endapkan di tumpukan rencana paling bawah selama wabah mengerikan itu merebak.
Kita perlu siap-siap untuk terkejut, bahwa dua tahun lebih mengalami hibernasi vakansi, kita akan menjumpai perubahan-perubahan di sekeliling. Mulai dari kebiasaan berinteraksi hingga fasilitas.
Bisa saja dulunya ada abang gerobak cilok di Pantai Sanur namun tidak tampak lagi setelah pandemi. Atau dulunya hotel favorit kita di Bali misalnya sudah berganti papan karena tidak sanggup bertahan tergulung dampak dari wabah.
Pandemi kenyataannya membuat semua berbenah. Seperti keterkejutan atas yang hilang, kita juga akan dibuat takjub dengan munculnya warna baru pada terumbu karang - karang meja yang dulunya hanya selebar piring, menjelma selayaknya meja bundar bertumpuk, cantik - ikan di laut sepertinya juga lebih banyak dan membesar, laut tampak biru dengan jarak pandang di bawah begitu jauh dan jernih. Iya, bukan hanya kita tapi alam juga berbenah.
Selain alam, para pelancong lautan akan menjumpai pemandangan baru yang memanjakan mata di dasar perairan Nusa Dua. Pemandangan yang mampu mengendorse penambahan cadangan oksigen di laut, sekaligus menambah daftar tempat berbasah yang wajib ditengok di Bali, "Taman Terumbu Karang Indonesia."
Jangan dibayangkan seperti taman pada lazimnya, ada yang ditanam, bertumbuh kemudian mekar berbunga. Ini berbeda. Yang ditanam di dasar laut adalah sekumpulan patung figurative, dipasang untuk menambah dekorasi, memberikan nuansa anomali dari wujud ekosistem terumbu karang yang selama ini kita kenal.
Iya, bukankah kita para pelancong kerap kali tertarik pada arus yang tidak biasa? Bermula pada kuartal ketiga tahun 2020 lalu, di tengah terpaan ketakutan tularan wabah dan sepinya primadona dunia ini dari pengunjunganya, kami menyaksikan Bali mencoba membangun harapan. Membuat satu karya seni monumental.
Selanjutnya, 750 hasil karya perupa dijejer sedemikian rupa di dasar laut
(elk/ddn)