Menikmati alam dapat dilakukan dengan banyak cara seru, salah satunya adalah kemping ceria. Kegiatan ini tidak seperti mendaki gunung-gunung yang tinggi lalu membangun tenda.
Akhir pekan kali ini saya memilih Curug Batu Gede Cisuren, Puncak (Bogor). Kami sangat beruntung karena area ini memiliki banyak tenda yang sudah siap digunakan serta dilengkapi bantal, kasur, dan selimut.
Konsepnya mirip glamping (glamour camping). Seperti biasa, traveler bisa menggapainya dengan menggunakan Google Maps.
Sore hari yang mendung, kami memulai touring dari Jakarta Selatan dengan mengendarai dua motor untuk empat orang. Rute yang dipilih adalah jalur Sentul.
Saat memasuki Jalan Raya Sentul, hujan deras menyapa. Jas hujan menaungi kami sampai di Bojong Koneng lalu kami makan malam di sebuah warung pecel lele untuk mengisi perut yang keroncongan.
Langit malam semakin gelap pekat. Penerangan jalan pun tidak banyak. Lampu sorot motor menjadi penuntun kami. Tersesat adalah hal biasa. Terpaksa kami menikmatinya.
Tak ada manusia selain kami namun peta elektornik meminta untuk terus berjalan lurus melewati hutan antah berantah. Tiba-tiba beberapa pemuda menyapa dengan ramah dan bermaksud menemani sampai ke Jalan Raya Puncak.
Kami tidak tenang. Benar saja, mereka semacam pemalak kampung. Sebuah mobil lewat dan sang pemilik bersedia mengantar kami sampai Gadog. Alhamdulilah.
Tepat pukul 10 malam sampai juga di Curug Batu Gede Cisuren, setelah drama berkali-kali di beberapa titik. Letak camping ground ini melewati berbagai villa mewah area Cisarua dengan akses berkelok dan menanjak.
Ternyata kawasan ini adalah hutan pinus yang sangat asri dan sejuk. Kami sudah booking lewat aplikasi layanan pemesanan hotel seharga Rp 325.000 untuk tenda dome kapasitas 8 orang lengkap dengan perangkat tidur, kamar mandi umum, serta dapur umum.
Setelah registrasi dan menitipkan si roda dua yang kelelahan, kami diantar seorang penjaga lokasi. Jarak loket dengan kawasan tenda masih lumayan jauh, sekitar 15 menit menapaki banyak anak tangga yang terbuat dari batang pohon.
Sisa tenaga masih ada untuk mencapai tujuan. Tak sabar ingin rebahan, kami mempercepat langkah. Kawasan berkemah ini pun menyediakan lahan untuk mendirikan tenda pribadi.
Jika ingin merasakan sensasi tidur dalam homestay di tengah hutan, mereka menyediakan Wood Cabin untuk 5 orang dan tentunya dengan fasilitas lengkap. Selain itu, Triangle Cabin cukup untuk 4 orang pun bisa menjadi alternatif lain.
Keduanya sangat cocok untuk keluarga yang mengajak buah hati tercinta untuk mengenal alam. Sungguh ciamik!
Tenda kami berada tepat di samping dapur umum. Tak disangka, perkakas memasaknya pun memadai seperti kompor gas, panci, wajan, sampai piring makan tersedia.
Kamar mandi umum terletak di belakang musala (yang juga terbuat dari tenda besar) namun tidak jauh dari kami. Hampir semua tenda terisi.
Walaupun hari semakin malam, para wisatawan ini malah semakin riuh dengan nyanyian, tawa canda, dan juga cengkerama. Kami sangat menikmati suasana ini sambil minum kopi panas yang selesai dibuat oleh seorang teman.
Api unggun membara di pelataran. Obrolan ringan mulai menaungi kami yang kedinginan. Tak lupa daging dan bumbu dimasak di atas kompor portable.
Makanan ringan memenuhi ruang duduk kami. Sayup-sayup terdengar suara air terjun yang terletak di belakang kawasan camping. Inikah yang dinamakan menyatu dengan alam?
Matahari menyapa dari balik tenda. Udara dingin masih menggerayangi. Sayup-sayup Curug Batu Gede Cisuren memanggil. Kami pun bergegas jalan kaki menyelinap di antara pinus-pinus tinggi nan cantik, membentuk kanopi melindungi dari terik sang surya.
Curug Batu Gede memiliki curah air yang ringan, mengalir lembut dari tebing rendah lalu membentuk kolam jernih di bawahnya. Beberapa pengunjung mengambil gambar terbaik, yang lain menikmati sejuknya air.
Saya melakukan hal serupa, tak ingin melewatkan kesempatan. Bagi yang ingin melihat keindahan panorama Puncak, ada jalan naik menuju Bukit Bintang sekitar 3 km lagi namun kami memilih menyimpan tenaga untuk pulang nanti.
Dalam hati berdoa semoga bisa ke sini lagi dan tracking untuk menikmati lanskap hijau dari ketinggian. Setelah sarapan mie goreng dan menyeruput secangkir kopi panas, kami berkemas untuk kembali ke ibu kota.
Pikiran dan hati sudah segar kembali. Bersiap untuk berkelana lagi.
Curug Batu Gede Cisuren ini bak permata tersembunyi dan surganya para penyuka kemping ceria.
(msl/msl)