Weekend menjadi waktu untuk menghabiskan liburan singkat oleh siapa saja baik di Indonesia maupun di kota besar seperti Hong Kong.
Warga kota selalu menghabiskan waktu bersama keluarga, pasangan, ataupun teman sejawat. Begitu pula dengan para pekerja migran yang mengais dolar di kawasan kota bisnis di daratan China itu.
Dengan kompleksitas yang dimiliki, Hong Kong, menjadi kota tujuan para pekerja migran terbanyak, setelah Malaysia dan Taiwan. Pekerja migran di sana, didominasi oleh warga Negara Philipina, Indonesia, Thailand, Sri Lanka, Pakistan dan beberapa negara lainnya.
Jika traveler pergi menikmati liburan ke Hong Kong pada hari-hari tertentu seperti Weekend ataupun di Public Holiday, kalian akan menemui atau melihat pemandangan yang membuat siapapun bertanya-tanya. Ya pemandangan inilah yang saya lihat ketika saya menginjakkan kaki di Hong Kong untuk pertama kalinya di tahun 2019, di bulan-bulan menjelang pandemi COVID-19 melanda dunia.
Di setiap sudut kota seperti taman, Mass Transit Railway (MTR), bahkan di atas dan di kolong jembatan, menjadi spot favorit para pahlawan devisa yang tengah mengadu nasib. Melihat pemandangan tersebut, awalnya saya bingung dan penasaran. Siapakah mereka? Dan kenapa mereka berada di situ? Bahkan, saya juga mendapati banyak orang Indonesia di tempat itu.
Seperti yang tampak di mata, ketika saya melewati jembatan Tseung Kwan O, yang merupakan jembatan penghubung Mass Transit Railway (MTR) dan pusat perbelanjaan, wajah-wajah perempuan Asia yang berkulit sawo matang sedang bergerombol di atas jembatan. Makan, bernyanyi, tiduran, bersenda gurau dengan temannya, dan ada pula yang sedang asyik menelpon.
Kemudian, ketika saya menengok ke arah taman di samping jembatan, saya melihat warna-warni tenda seperti orang sedang camping. Perempuan-perempuan berkulit sawo matang itu sedang asyik tidur-tiduran dalam tenda warna-warni. Ada pula di dalam tenda lain, saya melihat seseorang sedang membaca buku.
Ini hanya di satu sudut kota Hong Kong, masih banyak tempat-tempat yang menjadi favorit orang-orang berkulit sawo matang untuk menghabiskan waktunya. Ya seperti yang saya temui ketika saya mampir di Victoria Park di Causeway Bay. Tampak pemandangan yang sama seperti di Tsueng Kwan O.
Selanjutnya, semakin banyak migran berbahasa Indonesia
(ddn/ddn)