Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya

Rina Tri Handayani - detikTravel
Minggu, 27 Feb 2022 10:40 WIB
loading...
Rina Tri Handayani
Punggung bukit bagian Tahura Ir. H. Djuanda Dago
Foto: detik
Foto: detik
Gunung Burangrang terlihat dari Tebing Keraton
Semacam prasasti menyambut begitu tiba di Tebing Keraton
Menyaksikan pemandangan dari menara pengawas di Tebing Keraton Bandung
Foto: detik
Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya
Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya
Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya
Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya
Apa Kabar Tebing Keraton? Pernah Hits Pada Masanya
Jakarta -

Destinasi Tebing Keraton di Bandung pernah hits beberapa waktu lalu. Apa kabarnya sekarang? Mari kita simak kisahnya.

Semacam prasasti, menyambut begitu tiba di hadapan Tebing Keraton. Tetembangan yang menggambarkan anugerah Ilahi yang dititipkan melalui Gawir Jontor. Nama asli yang kalah fenomenal. Namun, panoramanya selalu memikat.

Seperti tertulis dalam baris terakhir, "Di Tebing Keraton semua kalbu menembangkan kidung surgawi masa lalu, masa kini, dan masa depan".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyusuri sky bridge atau jembatan kayu merupakan cara mencapai ujung Tebing Keraton. Sebuah tebing tinggi yang menjorok ke depan atau maju. Itulah mengapa dulu dinamakan Pasir Jontor.

Dalam bahasa Sunda, pasir artinya bukit sementara jontor adalah memble. Seperti mulut seseorang yang monyong sehabis dipukuli. Hamparan panorama sepanjang mata memandang kontras dengan kota Bandung yang didominasi bangunan.

ADVERTISEMENT

Sajian alam di sebelah kiri berupa punggung-punggung bukit yang menjadi bagian Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ir. H. Djuanda Dago. Jika diteruskan dari jurang tersebut akan berakhir pada pemandangan Kota Bandung dari kejauhan.

Pandangan ke depan berupa eloknya Gunung Tangkuban Perahu yang erat dengan legenda perahu terbalik di masa Dayang Sumbi. Di kakinya terdapat Lembang yang lebih dulu dikenal dengan destinasi wisatanya.

Awan putih perlahan berlalu, Gunung Burangrang yang malu-malu menampakkan diri di sebelah kiri Tangkuban Perahu. Tanpa batas seolah mengelilingi Tebing Keraton di sebelah kanan terpampang jajaran Bukit Tunggul dan Gunung Manglayang.

Jajaran pegunungan, jurang, lembah, Kota Bandung maupun Lembang dari kejauhan dinaungi awan putih berarakan dengan sinar mentari yang teduh. Terpikat kemegahan alam inilah nama Tebing Keraton mencuat.

Jelas tidak ada hubungan dengan adanya bekas reruntuhan keraton atau kerajaan di Bandung. Namun, lebih ke penggambaran suatu daerah yang mirip dengan keindahan sebuah keraton.

Berdiri di pucuk Tebing Keraton, tanah semakin menyempit. Batu-batuan mencuat. Bebatuan yang merupakan outcrop dari aliran lava basalt dari Gunung Sunda Purba yang terpatahkan oleh sesar (gawir) Lembang. Itulah jawaban mengapa terpampang penanda Sesar Lembang dan Lembang Fault di Tebing Keraton.

Papan tersebut menampangkan sesar Lembang sepanjang 29 kilometer. Tebing Keraton atau Gawir Jontor berada di km 21 yang berada dalam seksi Cikapundung. Sesar Lembang yang berada di tepi utara Bandung di selatan Gunung Tangkuban Perahu merupakan sesar aktif. Pergerakan komponennya mengkiri dan naik atau vertikal.

Itu artinya dalam jangka waktu yang panjang, Tebing Keraton yang berada dalam ketinggian 1.200 mdpl ini bisa bertambah lagi. Posisinya pun akan bergeser ke sebelah kiri dari koordinat sekarang.

Berada di Tebing Keraton juga mengingatkan jika daerah Bandung seringkali diibaratkan sebuah mangkok. Di bagian bawah mangkok itulah, mayoritas penduduk bermukim. Sementara, pinggiran mangkok itulah jajaran pegunungan yang meliputi Bandung.

Dimulai dari Nagreg di sebelah timur hingga Padalarang di arah barat. Menara Pengawas Tak jauh dari spot utama Tebing Keraton terdapat menara pengawas di puncak bukit.

Tak ada pendakian berarti untuk mencapai menara pengawas setinggi dua lantai tersebut. Hanya saja tangga untuk mencapai lantai teratas terbuat dari besi dan curam.

Untuk mencapai menara pengawas sangat mudah, karena di persimpangan tak jauh dari loket akan ada plang penunjuk yang mengarahkan keTebing Keraton, Menara Pengawas, atau Camping Ground.

Sayangnya, pemandangan dari menara pengawas tidak setelanjang di Tebing Keraton karena terhalang tajuk pepohonan. Namun, tetap seru sebab mendapatkan sensasi yang berbeda. Di Tebing Keraton yang merupakan bagian dari Tahura Djuanda ini, selain menikmati suguhan alam Bandung bisa sekaligus belajar mengenal pohon hutan.

Papan pengenal terpasang di batang-batang pohon sehingga membantu untuk belajar dendrologi. Di kiri kanan sky bridge banyak dijumpai rasamala (Altingia exelsa). Pohon yang kerap dijuluki rajanya pohon hutan ini asli tanaman Indonesia yang berasal dari pulau Sumatra dan Jawa.

Tersebar pula puspa (Schimawallichii) bunganya yang berwarna putih tengah rontok menghiasi lantai hutan. Namun, yang paling menarik perhatian adalah Mahoni Uganda (Khaya anthotheca). Pohon yang berasal dari Afrika tropis ini nampaknya sudah berusia puluhan tahun. Menjulang tinggi di dekat persimpangan loket masuk dan pintu keluar.

Ada juga suren (Toona sureni) yang berasal dari Malaysia. Tanaman yang biasa digunakan untuk penghijauan.Tentu saja masih banyak pohon lainnya. Pintu masuk Tebing Keraton yang berada di Kampung Ciharegem Puncak Desa Ciburial ini berjarak lima kilometer dari Pintu Pos 1 Tahura Ir. H. Djuanda.

Sayangnya, kendaraan roda empat atau lebih tidak bisa parkir tepat di depan loket Tebing Keraton. Begitu pula dengan ojek online. Sebagai gantinya terdapat pangkalan ojek yang dikelola oleh masyarakat lokal. Hal ini dikarenakan jalanan yang sempit dan curam.

Dari pintu masuk ke Tebing Keraton, jaraknya tidak terlalu jauh. Waktu yang ditempuh sekitar lima sampai sepuluh menit dengan trekking santai. Harga tiket masuk per orang dewasa untuk wisatawan lokal Februari 2022 yaitu Rp 12 ribu.

Karena masih masa pandemi, sebelum masuk area pengunjung harus melakukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan menggunakan sabun di area yang disediakan. Wajib mengenakan masker. Sebelum masuk dan membayar tiket, pengunjung pun diharuskan melakukan registrasi online dengan scan barcode di tempat. Pakai wifi gratis.

Untuk kuliner, terdapat warung yang dikelola penduduk berikut tempat parkir untuk sepeda motor. Namun, di antara pintu masuk Tahura Ir. H. Djuanda dan Tebing Keraton akan banyak lokasi kuliner di sepanjang jalan baik yang dikelola Tahura, penduduk, maupun swasta. Kebanyakan berkonsep outdoor menyatu dengan alam.

Destinasi wisata ini cocok untuk pecinta alam maupun yang ingin mengenal alam lebih dekat. Buat pemburu sunrise maupun sunset juga. Apa atraksi paling menarik di Tebing Keraton bagi d'travelers nih?

Hide Ads