Gatot dan Tiwul biasa kita nikmati di Jawa. Namun ternyata, saya juga menemukannya jauh di pelosok Kalimantan dengan penjualnya seorang bule Australia.
Cerita bermula saat saya dan rombongan berhenti di sebuah warung berdinding bambu dan beratap tikar purun yang diganjal kayu-kayu panjang. Warung itu terletak jauh dari jalan di Bukit Tangkiling yang berjarak 30 Km dari Palangkaraya.
Dari sana kami harus menempuh sekitar 300 meter melintasi semak dan deretan rumah sangat sederhana. Begitu sampai di warung itu, pandangan kami tersita pada deretan kendaraan yang berjajar di seberang warung tersebut, kami juga terpaku pada penuhnya kursi-kursi tempat pengunjung. Ia hanya menyisakan teras kosong tanpa kursi dan alas, di depan sebuah rumah sederhana.
Satu lagu milik Extreme berjudul 'More Than Words' mengalun lembut. Sekilas kesan sebuah kafe lebih terasa dari pada sebuah warung. Mula-mula saya eja nama warung yang ditulis memakai kapur pada papan hitam, Kedai Itah. Nama warungnya diambil dari bahasa Dayak, artinya kedai kita.
Berikutnya saya penasaran mengintip daftar menu yang dijual di warung tersebut. "Warung sederhana dan jauh dari kota, apa sih istimewanya? Yang seperti itu juga banyak sekali di mana-mana." Bukan pernyataan saya tetapi sepertinya pernyataan orang julid.
Mata saya bergeser pada tulisan daftar menu yang ditulis dengan menggunakan kapur warna-warni di atas papan tulis hitam. Persis tulisan Bu Muslimah, gurunya Ikal di Laskar Pelangi. Saya menelusuri satu per satu daftar menu.
Sekali lagi, tidak ada yang istimewa. Tertera di sana gado-gado, nasi jagung, pecel, tiwul, tape ketan hitam, kukis, aneka minuman seperti teh bunga rosella, teh bunga telang, teh kelor, dan lain-lain.
Namun, menu lain yang tidak ditulis di papan adalah gatot. Iya, Anda tidak sedang salah baca, gatot. Ia dipajang di depan jendela besar kasir.
Ternyata tidak terdapat kepiting lada hitam, yang biasanya jadi menu andalan di beberapa tempat di Palangkaraya. Selagi melihat pajangan dagangan yang dibungkus daun pisang dan berjajar di depan meja kasir, tiba-tiba muncul suara dari baliknya.
"Silakan dicatat di kertas semua pesanannya." Saya sedikit terpana bercampur takjub mendengar suara agak sengau serupa aksen Cinta Laura, dari balik meja kasir.
"Apa iya Cinta Laura berjualan gatot dan tiwul di Bukit Tangkiling?" bisik saya perlahan ke telinga kawan seperjalanan saya.
Menyebut dua makanan tersebut, apa yang Anda bayangkan? Ia disajikan pada tampah besar yang terbuat dari anyaman bambu, dijual oleh ibu-ibu berkebaya sederhana di pasar tradisional. Mereka biasanya nyempil di antara para pedagang pasar lainnya. Aroma brownies panggang yang wangi menguar dari dapur.
Selanjutnya, ada seraut wajah serupa Meryl Streep dari balik meja kasir
(elk/elk)