Solo adalah wilayah yang terpencil dan tenang hingga tahun 1744. Perkembangannya memang terbilang pesat.
Sejarah Kota Solo bisa dibagi menjadi beberapa periode. Jika dirunut hingga zaman kuno, maka sejarah Kota Solo dimulai dari era manusia purba Homo erectus yang fosilnya ditemukan di Sangiran, Kabupaten Sragen. Namun pada umumnya sejarah Kota Solo diceritakan berawal dari sebuah desa terpencil nan tenang hingga tahun 1744 silam. Berikut kisahnya.
Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta pada Kamis (25/8/2022), sejarah Kota Solo atau nama Solo ada karena Kota Surakarta dulu didirikan di sebuah desa bernama Desa Sala, di tepi Sungai Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai tahun 1744, Solo dikenal sebagai desa terpencil dan tenang. Desa itu berjarak sekitar 10 kilometer di timur Kartasura, pusat Kerajaan Mataram pada waktu itu. Singkat cerita, pada masa kepemimpinan Susuhan Mataram Pakubuwono II, terjadi peristiwa Geger Pacinan yang menyebabkan hancurnya Keraton Kartasura.
Geger Pacinan adalah sebutan untuk peristiwa pemberontakan yang dilakukan masyarakat Tionghoa kepada VOC di Batavia. Pemberontakan itu kemudian merembet ke berbagai daerah.
Dalam buku Babad Sala (1984) yang ditulis RM Sajid disebutkan bahwa Pakubwono II berangkat dari Kartasura naik kereta Kyai Garudha. Turut mengiringi pula sejumlah pejabat, termasuk perwakilan Belanda, Baron van Hohendorff.
Sejumlah pusaka yang masih tersisa pun dibawa. Bahkan, pohon beringin juga turut dibawa untuk ditanam di Alun-alun. Selama perjalanan ke timur sejauh 10 km itu, sejumlah abdidalem menabuh gamelan.
Tiba di lokasi, Pakubuwono II pun menyatakan bahwa Desa Sala diubah menjadi nagari Surakarta Hadiningrat.
Berita selengkapnya dapat traveler baca di tautan detikJateng ini
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!