Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Jumat, 10 Mar 2023 18:31 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Trail Juga Marak di Lembang, Ancaman Nyata Lingkungan?

d'Traveler
Ilustrasi trabas dengan motor trail (Foto: Istimewa)
Ilustrasi trabas dengan motor trail (Foto: Istimewa)
detikTravel Community -

Perhatian publik belakangan sedang tersedot ke aksi gerombolan motor trail yang merusak ekosistem di kawasan Ranca Upas, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

Akibat aktivitas ilegal ribuan pemotor trail di kawasan Ranca Upas, kebun edelweis milik masyarakat menjadi korbannya. Rusak digaruk roda-roda dengan kembang ban berbentuk kotak.

Kecaman dilontarkan banyak pihak. Mulai dari netizen, pegiat lingkungan, hingga pemerintah. Mereka semua meminta ada tanggung jawab untuk memulihkan lagi ekosistem Ranca Upas seperti sedia kala.

Tak hanya di belahan Bandung bagian Selatan, aktivitas motor trail sebelumnya masif terjadi di kawasan Bandung Utara, khususnya Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Hamparan hutan pinus dengan hawa sejuk dan pemandangan memanjakan mata, menjadi surga para pemotor trail.

Salah satu rute trail di kawasan Lembang yakni jalur hutan Cikole hingga Jayagiri. Rute lainnya ada yang menembus perkebunan teh ke Sukawana, Cisarua, KBB.

Di mata aktivis lingkungan sekaligus pencinta satwa, Yanto bin Surya alias Steve Ewon, ada konsekuensi dari aktivitas motor trail menembus hutan di kawasan Bandung Utara itu.

"Jelas ada dampaknya dari aktivitas trail itu, yakni pada ekosistem dan hewan yang ada di habitat Lembang," ujar Ewon membuka perbincangan dengan detikJabar, Jumat (10/3/2023).

Ewon menyebut tak perlu jauh-jauh pada kerusakan tanah akibat dilintasi oleh motor trail yang biasanya banyak memilih waktu akhir pekan. Suara yang ditimbulkan menjadi gangguan awal bagi habitat satwa di hutan yang menjadi jalurnya.

"Jangankan bekas jejak ban, dengan suaranya saja itu kan bisa menyebabkan rusaknya ekosistem. Dengan suara bising knalpotnya saja itu kan binatang yang habitatnya di situ dan peka terhadap alam yang memitigasi potensi bencana dengan sensor telinga jadi terganggu," kata Ewon.

Ewon menyadari aktivitas yang dilakukan para penghobi trail itu berkaitan erat dengan sensasi dan kepuasan yang didapat. Namun Ewon juga meminta ada tanggung jawab untuk sama-sama menjaga ekosistem secara keseluruhan.

Baca artikel selengkapnya di detikJabar

BERITA TERKAIT
BACA JUGA