Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa

Margaretha Lina Prabawanti - detikTravel
Senin, 07 Agu 2023 11:40 WIB
loading...
Margaretha Lina Prabawanti
Sauraja, peninggalan kerajaan Palu yang tahan gempa.
Beranda Sauraja, tempat tamu yang berkunjung diterima dan dijamu.
Interior Saoraja yang bersahaja.
Penghubung bangunan rumah dan bangunan dapur.
Mesin jahit buatan tahun 1936 di dalam Souraja.
Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa
Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa
Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa
Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa
Kokohnya Souraja, Istana Raja Palu yang Tahan Gempa
Jakarta -

Udara di Kota Palu pada tengah hari itu terasa panas menyengat. Udara yang panas itu bahkan sudah terasa begitu menginjakkan kaki keluar dari pesawat.

Ya, Kota Palu memang salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Meskipun belum menjadi tujuan wisata utama di Indonesia, sebenarnya kota dengan bentang alam yang unik ini sangat indah.

Palu dikenal sebagai kota dengan lima dimensi karena memiliki wilayah pegunungan, lembah, sungai, teluk dan lautan. Lima bentang alam itu memungkinkan kota Palu memiliki view yang beragam, sehingga berkunjung ke Kota Palu tidak membosankan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya dan rombongan dari Jakarta sengaja menyambangi Palu untuk kegiatan geo-ekskursi, yaitu gabungan antara seminar, kuliah lapangan, dan observasi langsung mengenai ilmu kebumian dan risiko bencana alam.

Palu dipilih karena keistimewaannya sebagai satu-satunya wilayah di Indonesia yang mengalami likuefaksi. Likuefaksi secara harfiah dapat diartikan sebagai pencairan tanah, adalah fenomena langka dimana tanah menjadi jenuh sehingga kehilangan kekakuan serta kekuatannya. Penyebabnya, adanya tegangan, misalnya gempa bumi ataupun perubahan lain yang menyebabkan sifat tanah yang padat berubah menjadi cair.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya tak hanya likuefaksi, pada tahun 2018, Palu diguncang tiga bencana besar sekaligus yang terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu gempa bumi, tsunami dan likuefaksi. Jumlah korban jiwa pada saat itu mencapai 2.101 orang meninggal, 1.373 orang hilang, 4.438 orang terluka, dan 221.450 orang kehilangan tempat tinggal.

Beranda Sauraja, tempat tamu yang berkunjung diterima dan dijamuBeranda Sauraja, tempat tamu yang berkunjung diterima dan dijamu Foto: detik

Selain melihat lokasi terdampak likuefaksi yang saat ini hanya menyisakan hamparan luas tanah kosong yang oleh pemerintah daerah memang tidak diijinkan untuk dibangun kembali.

Berkunjung ke Palu tak akan lengkap tanpa mengunjungi situs sejarahnya. Rombongan kami pun mengunjungi Souraja atau Istana Raja Palu di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Provinsi Sulawesi Tengah.

Souraja atau disebut juga Banua Oge adalah peninggalan Kerajaan Palu yang dibangun oleh Raja Palu Jodjokodi sekitar tahun 1892 dengan luas bangunan 32 X 11,5 meter. Berkonstruksi kayu besi dan kayu daerah dengan 28 tiang rumah induk dan delapan tiang rumah dapur yang terpisah dari bangunan induk.

Souraja berbentuk rumah panggung bentuk pelana dengan tangga depan di kiri dan kanan serta jumlah anak tangga ganjil. Souraja dibangun sebagai tempat tinggal keluarga raja dan pusat pemerintahan. Karena sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, Souraja terbuka untuk umum dan siap menerima kunjungan wisatawan.

Setiap rombongan yang datang akan disambut dengan tarian Mokambu atau tarian selamat datang, kemudian dikalungi selendang. Alas kaki wajib dilepas ketika memasuki bangunan berbentuk rumah panggung itu dan dilakukan pembasuhan kaki sebagai bagian dari ritual penyambutan yang sakral. Maklum saja, namanya berkunjung ke istana, pasti ada adat istiadat yang harus diikuti.

Selain sebagai tempat tinggal raja, keistimewaan Souraja yang paling menonjol adalah ketahanannya terhadap gempa. Bangunan Souraja konon bisa bergerak seirama dengan gerakan bumi sehingga tidak sampai roboh meskipun gempa besar terjadi. Menurut cerita penghuninya yang masih terhitung sebagai keturunan raja Palu dan menjadi pemandu kami ketika berkunjung ke sana, konon foto-foto dalam pigura yang dipasang di dinding bahkan tak ada yang jatuh pada saat terjadi gempa.

Sejak Souraja berdiri, tercatat telah lima kali bangunan ini diterjang gempa, termasuk gempa bermagnitudo 7,4 yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 lalu. Gempa besar yang membuat kota Palu lumpuh diterjang likuefaksi dan tsunami itu tak berdampak sama sekali terhadap bangunan Souraja.

Hebat ya? Lantas, apa yang menyebabkan bangunan ini demikian tangguh?

Dari pengamatan sekilas yang saya lakukan ketika berada di sana, kemungkinan besar desain rumah yang simetris turut mengambil peranan terhadap kekuatan bangunan. Struktur dinding yang tidak mudah roboh karena menerapkan struktur dinding terkekang dengan membuat pengikat dan pengunci pada bagian atas dan bawah dinding juga turut memberikan kontribusi.

Jenis tanah dan struktur pondasi tentu saja menjadi alasan utama mengapa bangunan Souraja menjadi bangunan tahan gempa. Dalam hal ini, kearifan lokal banyak berperan. Pada tahun 1892 ketika Souraja dibangun, saya yakin teknologi untuk membuat bangunan tahan gempa belum dipelajari oleh para ilmuwan seperti sekarang ini, namun kerajaan Palu telah menerapkannya sendiri.

Souraja didirikan di tengah perkampungan Suku Kaili yang merupakan masyarakat pendukung kejayaan Kerajaan Palu. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga raja, Souraja juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan dan tempat berkumpulnya masyarakat sekitar.

Beranda Souraja yang dipergunakan sebagai tempat menerima tamu sangat luas. Ketika berkunjung ke sana, rombongan kami yang jumlahnya hampir seratus orang diterima di beranda dan dijamu dengan berbagai hidangan tradisonal Palu yang sebagian besar bercita rasa manis ditambah kopi durian. Sebelum pandemi, setiap tahunnya ada sekitar tiga ribu orang berkunjung ke Souraja.

Setiap tamu yang datang diterima langsung oleh keturunan raja Palu yang masih tinggal di sana dan diceritakan mengenai sejarah Souraja yang sebagian besar hanya menjadi wacana lisan yang tak pernah dituliskan. Souraja sempat beralih fungsi menjadi kantor pemerintahan Jepang pada tahun 1942 hingga 1945.

Pada tahun 1958, bangunan ini juga beralih fungsi menjadi markas dan asrama Tentara Nasional Indonesia. Ingin mengetahui kisahnya dengan lebih lengkap? Silahkan berkunjung ke Souraja dan mendengarkan kisahnya langsung dari pelaku sejarah atau keturunannya.

Hide Ads