Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar

Dedy Rahmat Nurda - detikTravel
Senin, 09 Okt 2023 15:35 WIB
loading...
Dedy Rahmat Nurda
Penampakkan Rumah Gadang Datuk Batuah
Gerbang rumah yang megah
Lingkungan rumah gadang yang asri
Sang pendiri dan pemilik rumah gadang
Semoga tetap lestari
Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar
Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar
Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar
Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar
Ini Dia Rumah Gadang Beton Tertua Sedunia di Sumbar
Agam -

Tak akan ada yang menyangkal, jika Rumah Gadang adalah simbol yang paling ikonik untuk mewakili identitas suku Minangkabau.

Ciri khas arsitekturnya yang unik tidak dimiliki oleh arsitektur rumah-rumah tradisionil lainnya yang beragam yang ada di Indonesia, bahkan di dunia.

Unsur utamanya adalah atapnya yang berbentuk gonjong berupa segitiga-segitiga lancip seolah hendak menusuk langit, yang sering disebut sebagai perlambang tanduk kerbau yang menjadikan rumah tradisional masyarakat Minang ini sangat berkarakter dan tampil beda sehingga paling mudah dikenali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun tak banyak orang yang tahu, bahwa di negeri asalnya Sumatera Barat, selain dari pada Rumah Gadang asli yang berbahan konstruksi kayu seperti yang masih banyak dijumpai di pelosok pedesaan, sejak lama di beberapa daerah juga ada ditemui Rumah Gadang yang dibangun dengan konstruksi beton.

Perbedaan bahan konstruksi ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah untuk menunjukkan perbedaan status sosial pemiliknya, atau bisa juga karena keterbatasan ketersediaan kayu berkualitas di daerah tersebut yang layak untuk dijadikan sebagai material, dan yang pasti untuk pertimbangan agar rumah gadang tersebut dapat berumur lebih lama.

ADVERTISEMENT

Maka tak heran, hingga sekarang di penjuru Sumatera Barat, masih banyak bertahan rumah-rumah dan gedung-gedung yang menampilkan arsitektur rumah gadang ini, baik yang berbahan konstruksi kayu, namun juga yang berbahan konstruksi beton.

Untuk masa kini, bangunan bercorak rumah gadang yang berbahan kontruksi beton ini tidak hanya untuk rumah tempat tinggal atau balai adat, namun juga ramai ditemui pada kantor-kantor pemerintahan berupa gedung kantor kepala daerah (Gubernur/walikota/Bupati hingga Camat dan kelurahan/Nagari), maupun gedung kantor dinas/instansi, pasar-pasar kota/kabupaten dan sekolah-sekolah negeri.

Namun tahukah Anda, jika Rumah Gadang berbahan beton "tertua" yang diperkirakan merupakan rumah gadang beton yang pertama kali dibuat di dunia masih bertahan hingga kini?

Rumah gadang beton tertua ini dapat kita temui di Jalan Syech Nurdin, Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sekitar 10 kilometer dari Kota Bukittinggi.

Rumah gadang yang eksotik dengan halaman rumput yang luas ini adalah rumah gadang milik pasukuan (kaum) Datoek Batoeah (baca : Datuk Batuah). Sosok pendirinya adalah Datoek Batoeah (selanjutnya: Datuak Batuah) mempunyai nama kecil Si Djaa, bergelar adat Datuak Bandaharo Panghulu Nan Baniniak.

Beliau adalah Tuanku Kepala Distrik (Districtshoofd) kelas 1 Tilatang IV Angkat pada zaman kolonial Belanda, yang merupakan seorang pegawai pribumi yang sangat berpengaruh, memiliki kedudukan tinggi, bekerja untuk dan digaji oleh pemerintah kolonial Belanda.

Datuak Batuah diangkat menjadi Kepala Distrik Tilatang IV Angkat sejak tahun 1923 dan mendapat sebuah bintang perak karena dianggap telah berjasa kepada Belanda dalam mengamankan kerusuhan anti Belanda di Tilatang.

Tak diketahui dengan pasti tahun berapa rumah gadang ini mulai dibangun. Namun diyakini pada masa pemerintahan Datuk Batuah di Tilatang inilah kemungkinan rumah gadang berbahan beton pertama dan tertua ini mulai dibangun dan diselesaikan.

Berkat pengaruh Datuk Batuah yang besar di kalangan masyarakat Tilatang Kamang dan pentingnya kedudukannya bagi pemerintah kolonial pada masa itu, sehingga konon kabarnya pembangunannya dilakukan secara gotong royong dan biayanya yang mencapai beberapa ratus ribu gulden juga ikut dibantu oleh pemerintah kolonial Belanda yang berkuasa.

Hingga kini, Rumah Gadang itu terlihat masih sangat terawat dan kokoh berdiri mungkin untuk puluhan tahun ke depan. Belum ada terlihat kerusakan yang cukup berarti selain hanya perlu dipoles untuk bagian cat dinding dan jendelanya.

Di depan rumah gadang yang sangat megah itu, terhampar bentangan sawah yang luas menghijau dan di balik persawahan itu jika dilihat dari atas rumah gadang dapat terlihat di kejauhan keramaian pasar Pakan Kamih, kampung-kampung hingga suburnya sawah ladang yang menjadi sumber pendapatan bagi pemerintahan nagari Tilatang Kamang dari dulu hingga kini.

Di pasar, di kampung-kampung dan di sawah ladang itulah dahulunya, Datuk Batuah memiliki kewenangan untuk memunguti pajak dari para pedagang, petani dan masyarakat yang dikutip oleh anak buah dan orang-orang kepercayaannya untuk kemudian disetorkan kepada pemerintah Hindia Belanda.

Terlepas dari riwayat pembangunan rumah gadang ini yang tokohnya jika dilihat dari kacamata era sekarang jelas terasa berseberangan jalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk kemerdekaan.

Namun, sejarah mencatatkan bahwa dikemudian hari rumah gadang ini juga telah melahirkan anak keturunan yang berjasa dan menjadi tokoh dan akademisi handal yang berpengaruh untuk Indonesia merdeka, di antaranya adalah Profesor Ilyas yang merupakan profesor kedokteran pertama di Sumatera Barat.

Dan kini, selain berfungsi sebagai rumah kediaman, Rumah Gadang ini juga banyak digunakan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan seperti pusat informasi adat di kenagarian Koto Tangah. Semoga rumah gadang indah dengan sejarah panjang ini bisa tetap dilestarikan.

Hide Ads