Sore itu, sekitar pukul empat, banyak orang berkerumun di depan Kumari Ghar di Kawasan Kathmandu Durbar Square, Nepal. Mereka menanti penampakkan Dewi Kumari.
Kumari adalah dewi hidup yang dipercaya sebagai reinkarnasi Dewi Taleju atau penjelmaan Durga dalam wujud gadis cilik yang memiliki struktur wajah sempurna.
Karena seluruh tubuhnya dianggap suci, Kumari bahkan tidak bisa menyentuh tanah sehingga kemanapun pergi selalu digendong atau duduk di tandu emasnya.
Tinggal di Kumari Ghar, istana kecil yang berada di tengah kota, Kumari hanya keluar pada hari-hari peringatan khusus saja, sekitar tiga belas kali dalam setahun.
Namun pada saat-saat tertentu, Kumari akan menampakkan diri sekilas di jendela istananya untuk memberikan berkat kepada umat yang memujanya.
Sebagai turis dari luar Nepal, penampakan Kumari yang mungkin hanya akan saya saksikan sekali seumur hidup, tentu tak saya lewatkan begitu saja.
Apa artinya ke Nepal tanpa melihat dengan mata kepala sendiri Sang Dewi Hidup itu?
Saya pun turut serta dalam kerumunan manusia yang menanti Kumari di bawah jendela bangunan kayu berukir indah. Namun Kumari tak kunjung menampakkan diri.
Setelah lebih dari setengah jam menanti dengan kepala terus menengadah ke arah jendela tempat Kumari biasa menampakkan diri, leher saya mulai kaku juga.
Namun tak lama kemudian, pintu kediaman Kumari terbuka. Ternyata Kumari akan menampakkan diri dari jendela dalam istana, bukan dari jendela luarnya.
Saya pun kembali ikut berdesakan dalam arus rombongan penanti Kumari. Sebelum Kumari menampakkan diri, ada penjaga yang mengawasi dengan teliti, jangan sampai ada pengunjung yang siap mengarahkan kamera.
Ternyata penampakkan Kumari tidak boleh diambil gambarnya. Bila masih ada pengunjung yang terlihat memegang kamera, sang penjaga menghardiknya dan mengancam Kumari tidak akan muncul.
Saya mengambil sikap aman saja dengan menyimpan kamera handphone ke dalam saku celana.
Baca juga: Perjalanan ke Lokasi Kremasi Terbuka Nepal |
Kumari menampakkan diri
Setelah memastikan tak ada satu pun kamera yang siap membidik Kumari, perlahan Sang Dewi Hidup menampakkan diri di bingkai jendela bangunan kayu berwarna hitam penuh ukiran.
Kontras dengan pakaiannya yang berwarna merah menyala. Saya melihat seorang gadis kecil yang sangat tenang dan berwajah sedikit muram tanpa senyuman, dengan riasan rumit di wajahnya.
Itulah Kumari, dewi hidup yang dipuja seluruh negeri. Kumari menyapukan pandangan sekilas pada sekumpulan manusia di bawahnya yang tiba-tiba kehilangan suara.
Tak seorang pun sanggup berkata-kata, ketika menengadah dan memandang takjub pada sang dewi. Sekitar tiga menit saja Kumari berada di sana sebelum kembali masuk ke istananya.
Ternyata Kumari memang hanya bisa dilihat sekilas saja. Namun demikian, kesan yang ditinggalkannya begitu mendalam.
Meskipun sibuk bertanya-tanya dalam hati, apakah gadis kecil itu tidak kesepian tinggal di istananya tanpa bisa bermain dengan teman sebaya, namun Kumari di mata saya tetap terlihat anggun dan berwibawa, tidak seperti gadis kecil lain seusianya.
Uniknya, Kumari dipilih dari kasta Shakya komunitas Newar yang beragama Buddha untuk menjadi dewi hidup bagi umat Nepal yang mayoritas beragama Hindu.
Agama Hindu dan Buddha memang melebur dengan sangat indah di Nepal. Tak hanya Kumari, bahkan sang Buddha Siddharta Gautama juga lahir di Lumbini, Nepal, yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu itu.
(msl/msl)