Merasakan Tiupan Angin yang Benar-benar Kuat di Rumah Kincir Angin

- detikTravel
Selasa, 12 Mar 2024 19:03 WIB
Kincir angin di Belanda.
Jakarta -

Seingat saya, tiupan angin paling kuat yang pernah saya rasakan secara langsung adalah tiupan angin ketika saya sedang berada di Zaanse Schans, di tepi sungai Zaan, sekitar 20 km dari Amsterdam.

Saking kuatnya tiupan angin, saya sampai perlu menghentikan dulu langkah sambil merapatkan jaket dan memegang erat-erat topi dan syal supaya tidak terbawa angin.

Sebenarnya wajar bila Zaanse Schans sangat berangin, karena kawasan itu memang terkenal karena kincir anginnya.

Sepanjang sejarahnya, kincir angin memiliki peran sangat penting di Belanda. Karena masalah utama yang dihadapi Belanda adalah letak geografis dengan sebagian wilayah yang berada lebih rendah dari permukaan air laut, maka banyak lahan yang sering terendam banjir.

Kincir angin inilah yang bertugas mendorong air kembali ke lautan. Sejak abad ke 13, kincir angin telah menjadi solusi terbaik karena ramah lingkungan, hanya memanfaatkan tenaga angin sebagai sumber energinya.

Zaanse Schans adalah kawasan cagar arsitektur, dengan kincir-kincir angin bersejarah yang berasal dari abad ke-16 hingga abad ke-18. Kincir angin tertua yang dibangun pada tahun 1597 bahkan sengaja dipindahkan dari lokasi asalnya di sekitar kawasan Zaan ke kawasan cagar arsitektur Zaanse Schans untuk pelestarian.

Pada abad ke-18 dan ke-19, wilayah Zaan adalah kawasan industri penting di Belanda. Pada masa lalu, ratusan kincir angin dimanfaatkan untuk memproduksi minyak biji rami, cat, mustard, kertas dan berbagai produk lainnya.

Saat ini, Zaanse Schans menjadi lokasi wisata yang menghidupkan kembali warisan budaya masa lalu itu. Selain kincir angin, ada rumah-rumah tua terbuat dari kayu yang khas dan otentik dengan nilai arsitektur bersejarah di kawasan ini.

Rumah-rumah pedesaan yang khas itu difungsikan sebagai museum, toko suvenir, dan juga workshop. Meskipun telah menjadi kawasan cagar arsitektur dan merupakan destinasi wisata internasional, namun masih ada penduduk yang tinggal di Zaanse Schans.

Mereka memasang tanda di depan pagar bahwa properti mereka adalah milik pribadi, untuk menghindari turis yang nyasar dan menganggap tempat tinggal mereka juga bagian dari kawasan wisata yang bisa dimasuki seenaknya.

Meski demikian, mereka cukup ramah dan terbuka ketika berpapasan dengan turis. Mungkin sudah terbiasa menghadapi turis yang serba ingin tahu mengenai kehidupan penduduk asli di sana.

Sebelum meninggalkan Zaanse Schans, saya menyempatkan diri membeli wafel hangat dengan siraman coklat yang lezat. Rasa legit dan gurihnya wafel yang berpadu dengan manisnya coklat pekat itu memang tak ada tandingannya.

Terlebih ketika dinikmati bersama tarian angin dan kincir-kincir anginnya yang menyimpan sejarah panjang. Berkunjung ke negeri kincir angin memang tak akan lengkap tanpa menyaksikan sendiri kincir anginnya, bukan?




(msl/msl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork