Jalan Terpendek di RI Jadi Spot Wisata, Ramai Pengunjung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jalan Terpendek di RI Jadi Spot Wisata, Ramai Pengunjung

Jemmi Purwodianto - detikTravel
Senin, 04 Mar 2024 07:49 WIB
Jalan HOS Cokroaminoto di Bandar Grisse Gresik
Jalan HOS Cokroaminoto Gresik (Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Jalan Hos Cokroaminoto, Gresik, Jawa Timur, yang merupakan jalan terpendek di Indonesia, mulai memikat pengunjung. Apalagi, saat ada acara di sana.

Jalan terpendek di Indonesia itu adalah Jalan Hos Cokroaminoto di Gresik. Panjangnya cuma 50 meter. Keunikan itu ditambah dengan gedung-gedung peninggalan pemerintah kolonial Hinda Belanda di pinggir jalan.

Lokasinya juga sip, berada tepat di belakang tugu Gardu Suling Bandar Grissee.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di malam hari suasana menjadi beda dengan lampu Damar Kurung yang menjadi ciri khas Kota Pudak.

ADVERTISEMENT

Di akhir pekan dihelat Cokro Ekraf (Ekonomi Kreatif). Pengunjung semakin banyak yang datang.

Cokro Ekraf yang digelar merupakan wisata baru di Gresik yang menyajikan aneka kuliner khas Gresik dengan nuansa Heritage. Mulai nasi krawu, pudak, bubur roomo, dan cemilan khas Gresik lainnya.

Tak hanya itu, hasil tangkapan ikan para nelayan dan petani tambak asal Gresik juga menjadi sasaran wisatawan. Mereka mengolah hasil dari melaut untuk menjadi makanan siap saji dan menjualnya di Wisata Kuliner Cokro Ekraf. Seperti Telur Ikan Bandeng, Telur Cumi-cumi, Wedel, otak-otak bandeng dan lainnya.

Cara pembeliannya juga termasuk unik. Wisatawan harus menukar uang dengan kepingan kayu berlogo Pemkab Gresik seharga Rp 5 ribu untuk setiap keping.

Wati, salah satu pedagang telur ikan mengaku sangat terbantu dengan adanya Wisata Kuliner Cokro Ekraf. Sebab, selama ini suaminya yang bekerja sebagai nelayan selalu menjual hasil lautnya kepada tengkulak.

"Kalau mentahkan lebih murah. Kalau diolah dulu, memang lebih banyak dapatnya. Ada yang kita jual mentah ada yang kita olah dan dijual di sini (Cokro Ekraf)," kata Suwati, warga Lumpur, Gresik itu kepada detikJatim, Minggu (3/3/2024).

Menurut Suwati, dengan adanya Cokro Ekraf tersebut bisa meningkatkan ekonomi keluarganya. Sebab, hasil melaut yang biasanya dijual mentah dengan harga lebih murah, kini bisa mendapat uang tambahan penghasilan.

"Kalau diolah dulu dan dijual kayak gini, untungnya lebih besar. Saya harap ini digelar setiap Minggu bukan dua Minggu sekali," tuturnya.

Festival Cokro Ekraf tersebut digelar oleh Pemkab Gresik melalui Disparekrafbudpora Gresik yang bekerja sama dengan Petrokimia Gresik. Kegiatan tersebut, dibuka secara perdana dan dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah atau yang akrab dipanggil Bu Min.

"Saya meyakini bahwa festival ini bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Apalagi, festival ini mempunyai ciri khas tersendiri yakni menyuguhkan kulineran khas Gresik. Yang mana masyarakat tidak perlu jauh-jauh jika ingin menikmati kuliner khas, di festival Ekraf ini semua tersedia," kata Bu Min.

Bu Min menyebut kawasan Bandar Grissee merupakan salah satu destinasi warisan yang sangat luar biasa. Pemkab Gresik menjadikan kawasan ini sebagai salah satu daya tarik kawasan kota tua di Gresik.

"Bandar Grisse ini adalah ikon kota Gresik yang bernuansa heritage. Maka kita (pemerintah daerah) terus mendorong pembangunan di kawasan ini supaya menjadi daya tarik. Kami berharap masyarakat turut serta menjaga dan melestarikan kawasan ini sebagai kawasan heritage kebanggaan masyarakat Gresik," kata dia.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikJatim. Selengkapnya klik di sini.




(fem/fem)

Hide Ads