Di ujung timur Bali, Desa Baturinggit di Kecamatan Kubu, Karangasem, menyimpan sebuah pantai yang tak banyak disentuh jalur wisata komersial, Pantai Baturinggit.
Di sini keasrian alam bercampur dengan kehidupan nelayan tradisional, menciptakan pemandangan yang sederhana namun menawan. Deretan jukung-jukung nelayan berjejer di bibir pantai, sementara bebatuan yang menjulang di tepi pantai memecah ombak menjadi tarian air yang ritmis.
Kombinasi perahu kayu yang berwarna-warni, tekstur karang, dan hamparan laut biru kehijauan memberi nuansa eksotik yang berbeda dari citra Bali populer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak setenar pantai-pantai lain di Karangasem, kecantikan Pantai Baturinggit justru terlihat lebih murni. Saat fajar menyingsing, langit menumpahkan gradasi warna lembut, emas, merah muda, dan ungu, yang memantul pada permukaan laut. Jukung-jukung yang sedang bersandar tampak seperti siluet-siluet hidup yang menambah kedalaman komposisi alam.
Di sore hari, ketika matahari mulai turun, langit berubah menjadi kanvas warna orange dan merah, memunculkan kontras dramatis antara laut, batu karang, dan siluet perahu nelayan.
Momen-momen ini adalah surga bagi fotografer amatir maupun jiwa yang merindukan ketenangan. Kehidupan lokal menjadi denyut yang membuat pantai ini terasa hidup.
Pagi hari adalah saat aktivitas jual beli ikan segar berlangsung di bibir pantai, dekat balai desa dan Pura Segara. Ikan hasil tangkapan nelayan ditumpuk rapi, masih mengkilap oleh air laut, dan dijual dengan harga yang relatif ekonomis karena langsung dari sumber atau nelayannya.
Pengunjung dapat merasakan interaksi yang ramah, menawar harga, memilih tangkapan terbaik, hingga mencicipi hidangan sederhana yang baru dimasak dari hasil laut setempat.
Suasana layaknya pasar pagi ini sederhana, namun kaya aroma dan cerita. Pantai Baturinggit juga seringkali menjadi panggung penting bagi tradisi masyarakat setempat.
Ketika hari-hari besar keagamaan tiba, warga melakukan upacara Melasti di bibir pantai, sebuah ritual pembersihan spiritual yang penuh khidmat. Barisan pasukan adat, sesajen, dan doa bersama menambah dimensi spiritual pada lanskap alam, mengingatkan bahwa pantai bukan hanya ruang rekreasi tetapi juga ruang sakral bagi komunitas.
Keberadaan pura kecil di dekat pantai memperkuat nuansa kultural tersebut, dan pengunjung yang datang saat upacara akan menyaksikan interaksi halus antara alam, budaya, dan kebersamaan.
Bagi penduduk desa dan keluarga yang memiliki rumah dekat pantai, menikmati pesona pantai Baturinggit adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Terlebih ketika hari raya tiba, maka banyak keluarga yang pulang kampung untuk berdoa, bersilaturahmi, dan menyisihkan waktu bermain di pantai, memancing, snorkeling, diving menikmati pesona keindahan bawah laut atau sekadar berjalan di pasir saat laut tenang, serta tidak terlalu massif kunjungan wisatawan.
Hal tersebut membuat kami merasakan kesenangan seperti berada di pantai pribadi, anak-anak bebas berlarian, orang dewasa bercengkerama di bawah pohon kelapa, dan malam hari diisi obrolan ringan sambil menikmati hidangan khas desa.
Masyarakatnya ramah, dan beberapa masakan lokalnya yang berbahan ikan segar dan rempah, serta tradisi megibung atau mengibung, makan bersama seringkali menjadi alasan tambahan untuk kembali.
Untuk menikmati Pantai Baturinggit, beberapa aktivitas sederhana sangat direkomendasikan, menyusuri garis pantai berkarang, memotret jukung-jukung di pagi hari, menyelam atau snorkeling saat kondisi laut tenang, serta membeli ikan segar langsung dari nelayan.
Penting menjaga etika berkunjung, bawa kembali sampah, jangan merusak terumbu atau mengambil flora/fauna, dan dukung ekonomi lokal dengan memilih homestay atau warung penduduk. Sikap saling menghormati ini akan membantu mempertahankan keasrian pantai dan memberi manfaat langsung kepada komunitas.
Jika Anda melakukan perjalanan dari Singaraja menuju Denpasar melewati jalur Jl Tejakula - Tianyar - Kubu, sempatkan mampir ke Pantai Baturinggit.
Rute ini menawarkan pengalaman perjalanan yang indah, melintasi pedesaan, hamparan sawah, dan jalanan kecil menuju desa-desa pesisir. Beberapa ruas jalan desa mungkin sempit dan belum sepenuhnya beraspal, kendaraan kecil dan berkendara dengan hati-hati sangat dianjurkan.
Menginap di homestay lokal akan menambah kedalaman pengalaman, memberi kesempatan berdialog dengan warga, serta ikut merasakan ritme kehidupan pesisir pantai yang tenang.
Pantai Baturinggit bukan sekadar lokasi geografi, ia adalah ruang di mana alam yang masih asli berpadu dengan tradisi, kearifan lokal dan keramahan warga.
Di balik ketenangannya terdapat kekayaan warna, suara, dan rasa yang menunggu untuk ditemukan oleh mereka yang bersedia melambat dan menyimak. Bagi pelancong yang mencari pengalaman Bali yang lebih alami dan intim, Baturinggit menawarkan pesona yang tak mudah terlupakan.












































Komentar Terbanyak
KGPH Mangkubumi Bantah Khianati Saudara di Suksesi Keraton Solo
Keraton Solo Memanas! Mangkubumi Dinobatkan Jadi PB XIV
Drama Menjelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo