Pertama kali menginjakkan kaki di Masjid Al Fajri Pejaten Barat, Jakarta Selatan, hal yang langsung mencuri perhatian adalah menaranya. Lampu-lampu berwarna-warni yang melapisi menara tampak berkilau saat malam, memberikan kesan megah dan sedikit mengingatkan pada gaya masjid-masjid besar di Timur Tengah.
Dari jauh, bangunan masjid yang didominasi warna abu-abu yang membuat siapa pun akan teringat pada nuansa Blue Mosque di Turki khas, kokoh, dan elegan. Memasuki area masjid, ternyata ruang utama untuk sholat justru berada di lantai 2 dan 3.
Untuk mencapai lantai tersebut, pengunjung harus menaiki 22 anak tangga di setiap lantai. Saat naik ke lantai 3, lantainya terasa agak berdebu, seperti belum sepenuhnya dibersihkan.
Mungkin karena area depan masjid memang sedang direnovasi, jadi debu dari luar mudah terbawa masuk. Area salat perempuan berada di balik sekat khusus dan ukurannya ternyata jauh lebih kecil dibandingkan ruang salat laki-laki, bahkan mungkin tidak sampai setengahnya.
Karpet berwarna hijau membentang rapi, dan di sini tersedia beberapa mukenah untuk jamaah perempuan yang tidak membawa perlengkapan sendiri.
Di luar ruang ibadah, fasilitas penunjang seperti area parkir cukup luas dan terdapat kantin kecil di bagian halaman. Tidak ada AC di ruang utama, sehingga suasana masjid mungkin terasa lebih hidup dan sejuk saat bulan Ramadan ketika angin malam dan keramaian jamaah mengisi setiap sudutnya.
Meski masih dalam proses renovasi dan beberapa bagian terasa belum sepenuhnya optimal, beribadah di Masjid Al Fajri memberikan pengalaman tersendiri. Masjid ini punya potensi besar untuk menjadi salah satu masjid yang nyaman dan menarik untuk dikunjungi, terutama dengan menaranya yang cantik dan desain arsitektur yang mengingatkan pada masjid-masjid bersejarah di Turki.
Datang kembali saat Ramadan mungkin akan menghadirkan suasana yang jauh lebih hidup dan berkesan.
(ddn/ddn)