Ada 24 desa adat yang tersebar di Danau Sentani. Masing-masing menghadap ke arah danau, membuat desa-desa ini seperti terapung di atas air. Kekayaan alam dan budaya sudah tak diragukan lagi. Masing-masing desa adat punya ciri khas, tak terkecuali Desa Abar.
Abar adalah desa penghasil kerajinan tanah liat, atau Sempe dalam bahasa lokal. Hasil kerajinan dari Desa Abar sudah terkenal seantero Papua. Tanah liat ini lalu dibawa ke pulau-pulau lain, bahkan sampai luar wilayah Danau Sentani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya terpesona oleh tarian Onomi Foimoi (selamat datang) yang diperagakan masyarakat setempat. Mereka menyambut wisatawan dengan sukacita, kamera saya bidik ke segala arah. Kepala Suku lalu menyambut saya dan rombongan, waktu itu dengan beberapa wartawan yang meliput Festival Danau Sentani 2012.
"Ini adalah desa kecil dengan nama besar," begitu kata Kepala Suku.
Tak hanya dalam negeri, kerajinan Sempe dari desa ini juga dieskpor ke luar negeri. Saya pun penasaran, apa rahasia dan keunikan kerajinan tanah liat dari desa ini?
Rupanya bahan baku itu, tanah liat itu, bertebaran di seluruh pesisir desa. Tekstur tanah liat seperti ini tak ada yang menandingi, bahkan oleh pengrajin paling handal sekali pun. Di salah satu teras rumah saya melihat seorang mamak sedang asyik "menguleni" tanah liat. Saya pun bertanya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu kerajinan?
"Nggak sampai satu jam," ujar Estikabei, tersenyum kepada saya yang terperangah mendengarnya. Wah, tangan-tangan milik masyarakat Desa Abar tampak terbiasa menguleni adonan tanah liat.
Beranjak ke lokasi lebih tinggi, terdapat rumah pembuatan gerabah dengan cara lebih modern. Di rumah ini, Sempe dibuat menggunakan alat pemutar. Berbeda dengan Estikabei yang tak menggunakan alat bantu apa pun saat membuat Sempe. Tapi, bukan berarti nilai-nilai tradisional dan origininalitasnya berkurang.
"Ini untuk membantu melestarikan Sempe. Apalagi banyak pesanan, jadi bikinnya harus lebih banyak. Pakai alat pemutar ini jadinya lebih cepat," tutur salah satu pengrajin Sempe yang ditemui detikTravel.
Sempe khas Desa Abar punya beragam warna, tergantung dari titik mana tanah liat itu diambil. Ada warna merah, kuning, hitam, cokelat, juga hitam kekuningan. Uniknya, warna alami ini baru terlihat setelah Sempe itu selesai dibakar.
Pembakaran Sempe dilakukan persis di depan rumah tersebut. Terdapat oven pembakar dari batu bata berukuran besar, pun tinggi. Cukup untuk membakar 2.000 Sempe dalam sekali proses!
Kerajinan Sempe khas Desa Abar ini bisa langsung dibeli oleh wisatawan. Kalau mau pesan dalam jumlah banyak pun bisa, sekalian melestarikan hasil tradisi yang sudah ada sejak lama.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!