Masyarakat Jawa tak lepas dari tradisi dan kepercayaan. Merunut akar budaya Jawa, seorang pria disebut memiliki keberhasilan apabila telah memiliki 5 hal utama. Wisma (rumah), istri (wanita), turangga (kuda), curiga (keris), dan burung peliharaan (kukila).
Kukila adalah alasan mengapa memelihara burung jadi kebiasaan pria Jawa. Memelihara burung juga menunjukkan kelas sosialnya dalam masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasty adalah akronim dari Pasar Hewan dan Tanaman Hias Yogyakarta, seperti yang tercantum dalam situs Kota Yogya, Kamis (4/10/2012). Lokasinya di Jl Bantul Km 1, ujung selatan Kota Yogya. Sebuah bangunan seluas 5.500 m2 berdiri di tengah-tengah lahan hijau seluas 15.000 m2. Tak ada kesan kumuh, gelap, apalagi becek. Sebaliknya, Pasty adalah tempat yang nyaman, bersih, dan tenang.
Bangunan pasar penuh dengan lorong lebar yang bersih. Anda tak akan melihat orang-orang berdesakan dalam peluh keringat. Di kiri-kanan lorong, berjejer sangkar warna-warni. Burung beo, nuri, kakatua, dan beragam jenis lain bertengger cantik di dalamnya.
Nyanyian burung terdengar merdu di sela-sela logat Jawa yang terlontar dari para penjual. Warna-warni bulu burung pun memanjakan mata. Ada yang mungil, ada juga yang besar. Ada yang tatapannya tajam bak elang, ada juga yang jenaka bagai kakatua.
Pengunjung dari berbagai kalangan tumpah ruah di sini. Ada yang tua, ada juga yang muda. Laki-laki dan perempuan seperti punya ketertarikan terhadap hal yang sama. Selain melihat beragam jenis burung, pengunjung juga bisa melihat aneka unggas dan hewan peliharaan seperti kelinci, hamster, anjing, tokek, dan ular. Tenang saja, hewan melata yang disebut terakhir itu melingkar nyaman di dalam kandang.
Tiap akhir pekan, Pasty jadi eskapisme warga Yogya untuk melepas penat. Tak jarang pengunjung yang bersepeda keliling komplek Pasty. Duduk-duduk di bawah pohon rindang, menggelar tikar untuk piknik.
Pasar ini juga sangat ramah pada wisatawan. Selain taman tersedia pula toilet umum, food court, tempat ibadah, dan area bermain. Serunya lagi, ada sebuah area khusus tempat wisatawan menikmati burung-burung 'unjuk gigi'.
Pertunjukan keahlian burung ini digelar oleh para penjual. Ada yang mempertontonkan keahlian burung dara untuk terbang dan kembali ke kandang. Ada juga yang pamer kemerduan suara burung beo dan kakatua. Setelahnya, burung-burung itu pun dijual.
Terbukti, Pasty tak sekadar pasar hewan. Inilah tempat orang-orang melestarikan budaya dan kepercayaan Jawa. Mengangkat derajat diri dengan burung sebagai hewan peliharaan. Pasty juga tempat wisata yang sangat diminati wisatawan, terutama mancanegara. Pasar tanaman hias yang berada di dalamnya juga memberikan kesejukan lewat warna-warni bunga.
Tak sulit untuk tiba di pasar ini. Dari kawasan Malioboro, naiklah bus kota jalur 10 atau Kobutri warna kuning ke daerah Dongkelan. Hanya 10-15 menit perjalanan, dan gapura Pasty akan menyambut Anda.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!