Di Flores, kain ikat adalah salah satu buah tangan khas yang tidak boleh terlupakan. Betapa tidak, daerah yang masuk dalam Provinsi Nusa Tengga Timur ini memiliki kain tenun ikat yang halus, dengan warna dan corak yang khas. Bahkan, saking khasnya, baru sekali saja melihat, Anda sudah tahu kalau kain di depan mata adalah tenun ikat khas Flores.
Dilongok dari situs resmi pariwisata Flores, Kamis (4/10/2012) ternyata, daerah ini memiliki beberapa sentra khusus pembuat dan penjualan kain tenun ikat, seperti Desa Sikka di Maumere, Lio, dan Ende. Biasanya desa ini rutin dikunjungi para turis yang ingin belanja dan berburu kain tenun ikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan terampil Anda bisa melihat para mama asyik membuat kain di depan rumah. Dengan tekun dan teliti, mereka menyusun benang satu-persatu menggunakan alat tenun sampai menjadi kain tenun utuh.
Datang ke Desa Sikka, Anda tidak hanya bisa melihat para mama yang terampil menenun kain ikat, tetapi juga membeli kain ini untuk dijadikan oleh-oleh. Pasti asyik membeli langsung dari tangan pembuatnya.
Selain Desa Sikka di Maumere, tempat lain yang menjadi sentra penjualan dan pembuatan tenun ikat Flores adalah Lio. Lio adalah salah satu daerah di Flores bagian timur yang cukup menonjol dalam pembuatan tenun ikat.
Ada banyak jenis dan motif tenun ikat yang bisa traveler temukan di Lio. Salah satu yang cukup terkenal adalah motif ceplok. Motif ini mirip seperti motif jlamprang yang ada di kain batik.
Selain motif ceplok, wisatawan yang datang ke Lio juga bisa melihat cantiknya kain tenun dengan motif daun, dahan dan ranting. Nah, mau tahu kain apa yang paling banyak diincar turis? Kain sarung jawabannya.
Kain tenun ikat yang dijadikan sarung adalah cukup banyak digemari dan dibeli turis. Kain sarung ini memiliki tiga warna gelap, yaitu cokelat, hitam dan merah.
Daerah lain yang juga terkenal sebagai industri kain tenun adalah Ende. Kota yang berada di selatan Flores ini memang dekat dengan laut, mungkin karena itulah motif tenun ikat Ende bergaya Eropa.
Salah satu motif bergaya Eropa yang terlihat jelas di tenun ikat Ende dan tidak ada di motif daerah lain adalah kain Ende menggunakan satu motif yang diletakkan di tengah kain. Motif itu pun diulang secara terus menerus dan baru berhenti di ujung kain.
Selain itu, jika diperhatikan, tenun ikat khas Ende lebih banyak menggunakan warna merah dan cokelat. Sesekali warna hitam juga digunakan sebagai warna dasar kain.
Tertarik dengan kain ikat ini? Anda bisa datang ke pusat Kota Ende. Ada banyak toko yang menyediakan tenun ikat khasnya.
Meski memiliki motif yang berbeda dan mewakili daerahnya masing-masing, harga tenun ikat Flores hampir sama. Perbedaan harga tergantung panjang kain.
Untuk syal yang terbuat dari kain tenun ikat, turis bisa membelinya dengan harga sekitar Rp 50.000. Jika ingin kain yang lebih lebar lagi, Anda harus membayar Rp 80.000.
Nah, harga yang lebih mahal diberikan untuk kain tenun ikat Flores ukuran selimut, biasanya memiliki panjang 4x2,5 meter. Untuk kain ini dikenai harga hingga Rp 750.000.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia