Beberapa Suku Dani tinggal di Kampung Obia, Wamena, Papua. Di sinilah detikTravel dan tim Dream Destination Papua menetap seharian bersama mereka, dalam perjalanan mengelilingi Papua. Pada hari Minggu (26/11/2012), ada pemandangan yang tak biasa.
Suatu siang, rombongan sedang beristirahat setelah menyaksikan atraksi tari perang dan bakar batu. Panasnya matahari cukup menguras stamina. Tiba-tiba, saat sedang istirahat di rumah Honai, ada banyak masyarakat Suku Dani yang memenuhi lapangan di depan kami. Mereka membawa noken yang berisi banyak barang bawaan dan lantas duduk dengan rapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika ada wisatawan mereka suka menggelar pasar kaget seperti ini. Di sini bisa belanja banyak oleh-oleh khas Papua," kata pemandu tim Dream Destination Papua sekaligus founder Rakata Adventure, Sugeng.
Kami pun langsung keluar dari rumah Honai dan menuju kumpulan Suku Dani tersebut. Benar saja, ada banyak barang etnik yang tak pernah kami lihat di Jakarta atau kota-kota lainnya.
Di sini terdapat kalung dengan hiasan taring babi, noken, koteka dengan berbagai macam ukuran, gelang-gelang, panah, kampak batu, tombak, hingga hiasan kepala dari bulu burung kasuari. Harganya pun beragam, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 400 ribu. Wow!
Yang paling mahal, adalah hiasan kepala dari bulu burung kasuari. Harganya dapat mencapai Rp 400 ribu. Sedangkan untuk kalung dengan hiasan taring babi berkisar Rp 30-100 ribu, tergantung ukuran besar taringnya.
Kebanyakan para perempuan menjual kalung dan aksesoris. Sedangkan prianya menjual tombak, panah, dan kampak batu. Uniknya lagi, para Suku Dani di sini masih menggunakan pakaian adatnya, yaitu koteka untuk pria dan jerami untuk perempuannya. Benar-benar pasar kaget yang membuat kaget!
Tak hanya itu, ada beberapa masyarakat Suku Dani yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Tak masalah, ada beberapa kawan lainnya yang dapat berbahasa Indonesia dan siap membantu Anda untuk menawar harga. Tentu, mereka semua sangat ramah.
Panasnya terik matahari tak membuat kami lelah berbelanja. Kapan lagi berburu barang-barang khas Papua seperti ini di tengah hutan. Asyiknya lagi, kita bisa menawar harganya. Harus pandai-pandai menawar ya!
(aff/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum