Empire State Bulding selesai dibangun pada tahun 1931 dan berlokasi di tengah kota Manhattan, tepatnya di persimpangan Fifth Avenue dan West 34th Street. Tinggi gedung ini total mencapai 1.454 kaki atau 443,2 meter.
Sebelum kemunculan World Trade Center -yang menjadi korban serangan 11 September 2011- pada tahun 1972, sejatinya Empire State Bulding merupakan gedung tertinggi di dunia. Gelar itu sempat digenggam selama 40 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kini sudah masuk ke era yang lebih modern, nyatanya Empire State Building tetap berdiri kokoh dan pastinya menjadi salah satu yang paling tinggi di kota Big Apple ini. Tentu saja, ia juga menjadi salah satu tujuan wisata.
detikTravel mampir ke Empire State Building di awal Februari 2013 kemarin. Ketika belum sampai lokasi, atau masih berada di sekitar Fifth Avenue, aura tempat wisata sudah 'terpapar'.
Di jalan yang cukup populer itu banyak ditemui toko-toko suvenir khas New York. Mulai dari baju, pajangan snow ball, aksesoris tempelan kulkas, hingga tas. Sedikit tips berbelanja di sekitar Fifth Avenue adalah, besar-kecil dan bagusnya toko berpengaruh terhadap harga jual. Pantauan detikTravel, perbedaan harga untuk produk yang sama bisa sampai USD 3 (Rp 29 ribu). Lumayan kan?
Kembali ke soal Empire State Building. Saat pengunjung sampai di sekitar gedung pencakar langit tersebut, maka akan sangat mudah menemukan tour guide. Mereka biasanya mengenakan seragam yang bertuliskan 'Empire State Building'.
Tugasnya sederhana, menawarkan tiket masuk Empire State Building. Namun berdasarkan pengalaman detikTravel, Anda jangan lantas percaya dan mengikuti saran sang tour guide. Mereka memang lancar menjabarkan harga tiket dan beragam paketnya. Oh iya, mereka juga menjual paket tur ke Patung Liberty juga loh.
Namun untuk paket di Empire State Building misalnya, ia malah menyarankan agar saya membeli tiket terusan ekspres (main deck lantai 86 + top deck lantai 102) dengan harga sekitar USD 64,50 (Rp 625 ribu).
"Dengan tiket ini, Anda tak perlu mengantre lama. Sebab Antrean untuk ke atas bisa sampai 45 menit," ujar sang tour guide.
Tak lantas percaya, saya pun cukup bilang 'terima kasih' dan meninggalkan sang tour guide untuk kemudian membeli tiket di loket resmi yang ada di lantai dua Empire State Building. Tiket yang penulis beli cukup yang biasa alias cuma sampai main deck lantai 86 dan berharga USD 25 (Rp 242 ribu) saja!
Wow, nyaris saya terkena scamming akibat ulah mereka. Rupanya mereka membujuk wisatawan untuk membeli tiket yang harganya lebih mahal tiga kali lipat. Padahal, tak ada tuh antrean mengular dan harus menunggu sampai 45 menit seperti yang dikatakan sang tour guide.
Pemeriksaan keamanan untuk memasuki Empire State Building memang ketat. Seperti saat melewati bandara-bandara di AS. Harus melewati screening dengan melepas jaket hingga mengeluarkan barang elektronik dari tas.
Kemudian pengunjung dipersilakan untuk memasuki lift, dengan sebelumnya harus melewati berbagai jalan berliku yang ujung-ujungnya melalui toko merchandise.
Saat naik lift pertama, pengunjung akan dibawa ke lantai 80. Di sini bisa dibilang sebagai lantai 'rekam sejarah' pembangunan Empire State Building. Sebab terpajang deretan foto-foto yang menjadi saksi sejarah saat gedung pencakar langit ini dibangun.
Dengan peralatan yang pastinya tak secanggih zaman sekarang, para pekerja itu terlihat gigih untuk membangun satu per satu lantai Empire State Building hingga akhirnya selesai di tahun 1931.
Lift selanjutnya membawa pengunjung ke main deck atau di lantai 86. Di sinilah pengunjung bisa melihat panorama kota New York dari atas langit dari sudut 360 derajat.
Hamparan langit biru yang berpadu dengan gedung-gedung melahirkan pemandangan yang memesona. Pengunjung bisa menikmatinya dari dalam ruangan berkaca atau dari bagian luar yang pastinya bakal memberi sensasi berbeda.
Jika di dalam ruangan tentu saja lebih nyaman dan hangat. Namun kurang afdol rasanya jika tak merasakan sensasi dari luar ruangan. Nah, cuma masalahnya adalah siap-siap saja dengan hembusan angin yang sangat kencang di bagian luar lantai 86 Empire State Building ini. Wussh!
Hembusan angin bisa datang dari berbagai penjuru dan pastinya sangat mengganggu. Jangan tanya soal rasa dinginnya, meskipun itu saat siang hari, bisa di kisaran 2-4 derajat celcius. Untuk jalan melawan 'tamparan' angin yang datang begitu susah, sehingga caranya adalah dengan jalan mundur atau membelakangi angin yang datang.
Pun demikian, angin kencang ini tak membuat gentar para pengunjung. Mereka tetap asyik menjepretkan kameranya, ya paling bagi yang tidak kuat akan masuk ke dalam dan tak lama kemudian keluar untuk foto-foto lagi.
Nah, dari lantai 86, pengunjung yang membeli tiket sampai puncak bisa melanjutkan perjalanannya. Sekadar informasi, jika tiket untuk main deck (lantai 86) dihargai USD 25 (Rp 242 ribu) dan USD 19 (Rp 184 ribu) bagi anak-anak (6-19 tahun), maka untuk sampai top deck (lantai 102) dibanderol USD 42 (Rp 407 ribu) untuk dewasa dan USD 36 (Rp 348 ribu) bagi anak-anak. Tiket-tiket tersebut untuk jalur biasa ya, bukan jalur ekspres alias tanpa antre.
Kisah King Kong
Selain kemegahannya, Empire State Building juga memiliki cerita yang sangat legendaris, yakni King Kong. Bagi mereka penggila film, pasti sudah tak asing dengan film gorilla raksasa ini.
Film King Kong begitu terkenal pada zamannya. Dan satu adegan yang tak pernah bisa dilupakan dari film yang pertama kali muncul pada tahun 1933 ini adalah saat sang King Kong memanjat sebuah gedung pencakar langit sembari menggengang seorang wanita.
Ya, gedung yang dimaksud adalah Empire State Building. Dari situlah landmark kota New York itu mendunia.
Situasi ini lantas dimanfaatkan betul oleh pengelola Empire State Building. Caranya adalah dengan membuat merchandise sang King Kong di toko suvenir Empire State Building. Mulai dari boneka, poster, gelas, dan masih banyak lagi.
(aff/fay)












































Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi