Petapa Gunung, Mandi Hutan, dan Dewa Sanzan untuk Usir Covid-19

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Petapa Gunung, Mandi Hutan, dan Dewa Sanzan untuk Usir Covid-19

Femi Diah - detikTravel
Senin, 24 Mei 2021 08:45 WIB
Orang Eropa memakai kostum Yamabushi
Orang eropa saat mengikuti ritual Yamabushi (Getty Images/iStockphoto/Epiximages)
Jakarta -

Petapa penyembah gunung atau Yamabushi sudah membicarakan shinrin-yoku atau mandi hutan sejak 1.400 tahun lampau. Bermula dari Dewa Sanzan untuk melawan wabah.

Selusin pria berbaju putih berbaris di dalam hutan. Mereka dipimpin oleh pria dengan janggut panjang dan memakai baju serupa, Tolkienian.

Mereka adalah Yamabushi, para penyembah gunung di Jepang di pegunungan suci Dewa Sanzan di perfektur Yamagata. Ada tiga gunung di sana, Gunung Haguro, Gunung Gassan, dan Gunung Yudono.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BBC menyebut Yamabushi memiliki agama sendiri. Yakni, Shugendo. Shugendo memasukkan tiga elemen Shinto, Budha, dan Taoisme. Saat ini, ada sekitar 6.000 Yamabushi di Jepang.

ADVERTISEMENT

[Gambas:Instagram]



Salah satu ritual yang dilakukan adalah berjalan di dalam hutan atau shinrin-yoku yang kini dikenal sebagai forest bathing alias mandi hutan.

Para petapa gunung itu bukan sekadar jalan-jalan santai di dalam hutan, mereka bertapa dengan berpuasa dalam tempo lama di dalam hutan. Puasa itu dinilai cukup membahayakan sampai-sampai dilarang sejak era Meiji (1868-1912).

Mereka meyakini bahwa bertapa Shugendo di lingkungan alam pegunungan dan di dalam hutan dapat membawa pencerahan. Mereka percaya puasa panjang itu bisa membuka jalan memasuki dunia lain dan melambangkan kematian diri duniawi mereka. Itulah sebabnya mereka memakai jubah putih, atau shiroshozoku.

"Shiroshozoku secara tradisional digunakan untuk mendandani orang mati," kata Yamabushi Kazuhiro, pelatih dan pemandu Yamabushi.

Untuk menjadi Yamabushi bersertifikat, seseorang harus menyelesaikan ritual Puncak Musim Gugur Akinomine selama sepekan. Detail ritual tersebut rahasia, tetapi secara garis besar aktivitas di antaranya adalah bermeditasi di bawah air terjun, berjalan di malam hari, dan mengunjungi tempat-tempat lokasi para dewa bersemayam di pegunungan dan berdoa kepada mereka.

Setelah itu, berapa lama dan seberapa sering mereka berjalan di gunung tergantung pada masing-masing individu.

"Kebanyakan mereka mengulang ritual Puncak Musim Gugur Akinomine setiap tahun. Beberapa melakukan pelatihan sendiri," kata Bunting.

Mandi Hutan dan Kate Middleton

Dikutip dari The Telegraph, ritual mandi hutan itu pernah hangat diperbincangkan setelah Kate Middleton mendesain Chelsea Garden dan kemudian foto kebun itu diunggah di akun Instagram Istana Kensington.

Waktu itu, sih arsitek lansekap Andree Davies, yang bekerja dengan Kate Middleton, merujuk konsep mandi hutan itu dari pekerja kantor di Jepang yang mendekati pepohonan untuk istirahat makan siang.

[Gambas:Instagram]



Praktisi Inggris, Faith Douglas, menyebut forest bathing atau mandi hutan itu sebagai kegiatan terapi bagi veteran militer.

"Forest bathing memberi Anda perasaan tenang secara keseluruhan. Kamu lebih santai dan jernih tapi juga bersemangat dan terhubung, tidak hanya ke ruang alami tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kamu," kata Douglas.

Dewa Sanzan Pengusir Wabah

Dewa Sanzan yang ada di tiga gunung di perfektur Yamagata itu menjadi tempat ziarah populer sekitar 1.400 tahun yang lalu. Itu setelah Pangeran Hachiko membantu mengakhiri wabah yang menerpa petani setempat.

Setelah 100 hari dalam pengasingan berdoa untuk mengakhiri wabah, Pangeran Hachiko mendapatkan bisikan untuk membuat api besar agar wabah usai. Dia menyampaikan itu kepada bawahannya. Kemudian, mereka membangun patung setan besar dan membakarnya. Ajaibnya, wabah itu berakhir.

[Gambas:Instagram]



Pada Zaman Edo (1603-1868), ziarah ke Dewa Sanzan diyakini sebagai cara untuk memulihkan semangat awet muda. Prajurit samurai termasuk di antara mereka yang datang untuk berlatih di sini, dan pendakian tersebut dikenal sebagai Perjalanan Kelahiran Kembali.

Nama Pangeran Hachiko masih digunakan pada saat krisis. Pada Mei 2020, festival api khusus diadakan di kuil Dewa Sanzan untuk berdoa agar pandemi Covid-19 berakhir.

"Kami berharap dapat meminjam kekuatan pendiri kami Pangeran Hachiko dan mendukung perasaan kelelahan orang-orang selama pandemi virus Corona," kata seorang pendeta kepada surat kabar lokal Shonai Nippo.



Simak Video "Video: Rencana Jepang Naikkan Pajak untuk Turis Asing"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads