Meski Tertua di Dunia, Tak Ada yang Secanggih Suku Maya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Meski Tertua di Dunia, Tak Ada yang Secanggih Suku Maya

bonauli - detikTravel
Selasa, 17 Agu 2021 20:43 WIB
Reruntuhan suku Maya di Kota Tikal
Kota Tikal (Getty Images/iStockphoto)

Sistem pemurnian air ini masih lebih tua jika dibandingkan dengan penyaringan pasir yang dikembangkan oleh ilmuwan Inggris Robert Bacon pada tahun 1627, sekitar 1.800 tahun lalu.

Kalau menurut para ahli, sistem penyaringan ini tampaknya dibangun sekitar 164 SM. Sistem ini bahkan lebih awal lagi dari sistem filter kain yang dikenal dengan Hippocrates di Yunani sekitar 500 SM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sangat tua tapi metode ini terbukti jauh lebih efektif dalam menghilangkan kontaminan tak terlihat seperti bakteri atau timbal. Bahkan menyelamatkan suku Maya dari kekeringan.

"Sistem ini (zeolit) memberikan suku Maya air minum yang aman lebih dari seribu tahun and sistem penyaringan lain yang dikenal di era itu adalah primitif jika dibandingkan dengannya, seperti metode penyaringan Yunani yang hanyalah kantong kain," Kenneth Tankersley, ahli geologi arkeologi di University of Cincinnati dan penulis utama studi yang mendokumentasikan penggunaan zeolit oleh suku Maya.

ADVERTISEMENT
Reruntuhan suku Maya di Kota TikalReruntuhan suku Maya di Kota Tikal Foto: (Getty Images/iStockphoto)

Waduk istana Kota Tikal diperkirakan mampu menyimpan 31 juta liter air. Sementara, waduk Corriental yang dimurnikan dengan zeolit diperkirakan memiliki kapasitas 58 juta liter pada masa jayanya.

Penemuan sistem filtrasi Corriental muncul dari penelitian lapangan yang dilakukan sekitar tahun 2010. Saat itu para peneliti mengumpulkan 10 sampel inti sedimen inti sedimen dari empat waduk Tikal.

"Bagaimana orang-orang 1.000 atau bahkan 2.000 tahun yang lalu membangun itu tanpa mesin atau hewan pekerja. Pikirkan tentang pencapaian mereka," katanya, "dan ingat bahwa ini bukan orang yang punah, pencapaian itu adalah warisan populasi pribumi modern Amerika Tengah," Liwy Grazioso, direktur Museum Miraflores Guatemala.


(bnl/bnl)

Hide Ads