Berada di daerah Cikini, ternyata terdapat masjid peninggalan sang maestro lukis di Indonesia, yakni Raden Saleh Syarif Bustaman. Masjid ini berdiri di atas tanah yang dulunya milik Raden Saleh.
Masjid Jami' Al-Ma'mur selesai dibangun pada tahun 1932 dan saat ini telah jadi sebuah masjid cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.
Terdapat berbagai hal menarik yang berada pada masjid ini, berikut 5 fakta unik yang dirangkum detikTravel:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Masjid digotong ramai-ramai
Letak masjid ini sebelumnya tidak berada di sini, melainkan di kawasan Rumah Sakit Cikini. Namun karena tanah di kawasan tersebut saat itu dijual kepada Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini (Yayasan ratu Emma).
Hal itu seperti yang dijelaskan oleh Ketua DKM Masjid Jami' Al-Ma'mur Cikini, H. Syahlan, kepada detikTravel, Sabtu (1/3/2023).
"Pada tahun 1890 masjidnya dipindahkan ke area ini, karena kawasan di sana ingin dibangun Rumah Sakit dan Gereja oleh Yayasan Emma (Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini) yang telah membeli tanah. Seperti kayak tandu, kayak kurung batang itu digotong ramai-ramai," terangnya.
2. Dibuat swadaya
Pada awalnya masjid ini hanya berupa mushola kecil, yang mana dapat digotong ramai-ramai. Namun seiring berjalannya waktu, mushola ini tidak bisa menampung banyaknya masyarakat yang beribadah di sini.
Sehingga masyarakat khususnya warga Cikini Binatu yang beragama Islam, berbondong-bondong swadaya dalam pembuatan masjid. Proses swadaya yang dilakukan juga terbilang unik, karena masyarakat diwajibkan untuk berpartisipasi dalam pembangunan masjid lewat patungan beras.
"Antiknya masyarakat Raden Saleh 2 atau Cikini Binatu itu diwajibkan bagi masyarakat yang beragama Islam, diwajibkan menaruh kaleng susu di rumahnya masing-masing, diikat dengan kawat dan ditutup dengan seng atau genteng supaya tidak kena hujan," kata Syahlan.
"Tujuannya supaya Ibu-ibu atau Bapak-bapak lagi mau masak untuk keluarganya, misalnya satu hari masak 1,5 liter atau 2 liter, itu diambil satu rauk untuk dimasukkan ke kaleng itu," Syahlan menambahkan.
Kemudian dari beras yang ditaruh pada kaleng susu, akan dikumpulkan oleh para pemuda sebelum akhirnya nanti dijual untuk jadi modal dalam membeli bahan bangunan untuk masjid.
"Nanti pemuda-pemuda itu dalam satu minggu atau tiga hari sekali ngambil beras itu, dikumpulkan di sini. Nanti hasil dari penjualan beras dibelikan batu bata, kapur, pasir, dan genteng," tuturnya.
3. Bangunan tanpa semen, tapi dengan gula
H.Syahlan juga menceritakan bahwa proses pembangunan masjid Jami ' Al-Ma'mur Cikini dilakukan tanpa dicampur oleh semen.
"Ibu-ibunya atau orang tua itu menumbuk batu bata di sini. Jadi batu bata ditumbuk dibikin halus, diayak, itu untuk campuran pengganti semen," ucapnya.
Bahkan bukan memakai semen, melainkan proses pembuatannya dilakukan dengan mencampur gula jawa.
"Itu cuman pakai kapur, pasir, sama batu merah aja. Saya juga pernah diceritakan sama orang-orang terdahulu bahwa ini (bangunan) pakai gula jawa nih," tuturnya.
4. Tempat wudhu duduk
![]() |
Selain arsitekturnya yang estetik dan unik, terdapat pemandangan menarik lainnya dari tempat ini, yakni adanya tempat wudhu duduk, hal yang jarang ditemui di masjid Indonesia pada umumnya.
Hal tersebut karena mengingat lokasi masjid ini berdekatan dengan Rumah Sakit Cikini, sehingga fasilitas ini bisa berguna untuk pasien di Rumah Sakit yang ingin beribadah. Hal ini juga ternyata terinspirasi dari tempat wudhu yang berada di Makkah.
"Satu itu dekat dengan Rumah Sakit Cikini, kalau sudah ada jemaah yang rindu ingin salat, wudhu-nya di situ. Kedua saya pernah ke Mekkah seperti itu juga. Itu memang saya ciptakan, tadinya enggak," ujar H.Syahlan.
5. Sering dikunjungi pejabat
Sedari dulu ternyata masjid ini merupakan tempat ibadah langganan bagi beberapa petinggi negara. Mulai dari militer hingga presiden juga pernah beribadah di sini.
"Ada juga pahlawan seperti A.H. Nasution, setiap salat Jumat salat di sini. Terus ada Almarhum Gus Dur di sini juga walau sudah jadi Presiden juga sering, dia biasa salat di pojok situ," tuturnya.
Selain itu terdapat juga nama-nama seperti Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-7 RI Joko Widodo, dan lain sebagainya yang sempat beribadah di sini.
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour