Thailand mengumumkan strategi baru untuk mengatrol perekonomian yang babak belur karena wabah virus Corona. Caranya, dengan melegalkan ganja secara terkontrol.
Perekonomian Thailand sedang sakit, utamanya di bidang pariwisata dan pertanian. Agar bisa pulih lebih cepat, Thailand sedang berupaya untuk menggolkan hak panen ganja yang bisa mempermudah swasta membudidayakan tanaman ganja. Swasta itu mencakup petani dan pengobatan tradisional.
Cara tersebut diharapkan bisa meningkatkan penjualan mariyuana agar wisatawan medis ke Thailand makin banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bisa segera menerapkan strategi itu, pemerintah telah mengamandemen Undang-Undang Narkotika pada 4 Agustus. Saat ini, kabinet tengah menunggu persetujuan parlemen.
Kebijakan itu diambil oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul. Dia bertaruh bahwa legalisasi ganja yang terkontrol bisa meningkatkan gairah di sektor kesehatan, perjalanan, dan pertanian.
Andai parlemen menyetujuinya, rencana itu bakal mencabut batasan yang berlaku ketiga negara itu menjadi negara pertama Asia Tenggara yang melegalkan penggunaan ganja. Kebijakan itu diikuti oleh pembukaan sebuah klinik medis-mariyuana di bawah Kementerian Kesehatan yang menawarkan obat gratis kepada pasiennya. Ini belum termasuk 147 klinik resmi yang bisa meresepkan obat dari ganja.
"Thailand sudah menjadi tujuan wisata bagi banyak orang asing dan mariyuana akan menjadi daya tarik lain bagi negara dan wisatawan medis," kata Marut Jirasrattasiri, direktur jenderal Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand, yang dikutip Bangkok Post.
"Praktisi medis swasta dengan lisensi bakal mendapatkan hak untuk "menanam, memproduksi dan mengekspor mariyuana"," ujar dia.
"Sementara itu, petani Thailand akan mendapatkan "lebih banyak pilihan untuk mendapatkan penghasilan," dia menambahkan.
Untuk mengembangkan strategi itu, Thailand berjanji untuk mengutamakan investor lokal.
"Kami ingin menggunakan uang Thailand, terutama kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, untuk meningkatkan pengetahuan, penelitian, dan produksi," kata Marut.
"Kami tidak ingin orang asing masuk dan berinvestasi, lalu menuai semua keuntungan," dia menjelaskan.
Sektor pertanian dan pariwisata sangat penting bagi perekonomian lokal. Sekitar sepertiga orang Thailand hidup dari beras menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand.
Sementara itu, sektor pariwisata kebugaran (meliputi spa, medis, dan olahraga) menghasilkan pendapatan domestik sebesar 375 miliar baht pada tahun 2017, lebih dari jumlah gabungan di Indonesia dan Malaysia, menurut laporan dari Global Wellness Institute.
Ekonomi Thailand kemungkinan akan berkontraksi 8,5 persen pada tahun 2020 di tengah pandemi virus Corona global.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol