DETIKTRAVEL
Sempat Kehilangan Tamu, Ini Kiat Hotel Indonesia Group untuk Bangkit

Hotel Indonesia Group (HIG) sempat merasakan masa-masa sulit di awal pandemi COVID-19. Mereka kehilangan tamu hingga harus berjualan makanan online untuk bertahan.
Hal itu diceritakan Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour dan Komisaris PT Hotel Indonesia Group Iswandi Said, kepada detikcom melalui zoom meeting, Jumat (5/3/2021). Dalam kesempatan itu, Iswandi bercerita bahwa selama setahun pandemi COVID-19, banyak penyesuaian yang dilakukan HIG. Sama seperti hotel-hotel lainnya, HIG juga tak luput dari kesulitan kendati mereka berada dalam naungan BUMN.
"2020 sebenarnya tahun emas kita karena di tahun 2019, performanya sangat bagus. Kita berharap 2020 itu kita melejit, terbang tinggi. Tapi cuma bertahan dua bulan pertama," katanya.
Pada Januari 2020, HIG masih menerima kunjungan tamu-tamu asing. Saat itu, virus COVID-19 juga belum dikonfirmasi ada di Indonesia sehingga wisatawan mancanegara dan domestik masih bebas bepergian.
"Bulan Februari mulai terjadi pembatalan dari market China sama market Eropa. Bulan Maret drop dan parahnya di April itu tingkat hunian kita sudah single digit," kata Iswandi.
Menghadapi kondisi ini, HIG bergerak dengan melakukan penyesuaian. Alih-alih menutup hotel, mereka tetap beroperasi dengan mengandalkan sumber daya yang ada.
"Kami tidak tutup karena dampaknya pasti juga akan buruk kalau mau bangkit lagi. Jadi kita tata, kita bikinlah dari segi revenue, cepat-cepat beralih dengan delivery online. Jadi semua itu food and beveragenya kita fokus, kita jual online," ujarnya.
HIG menyediakan paket-paket makanan seperti nasi kotak untuk tenaga kesehatan atau perkantoran yang masih buka. Begitupun di bulan puasa dan lebaran, HIG masih beroperasi dengan penyesuaian.
"Bulan puasa kami jual takjil, sampai lebaran. Paling tidak dapur masih mengebul meski asapnya tidak banyak. Artinya masih bergerak, karyawan kita tata. Tidak masuk semua tetapi kita bagi-bagi," ia menjelaskan.
Iswandi mencontohkan di Hotel Inaya, terdapat 400 karyawan. Pada saat pandemi COVID-19, jumlah karyawan yang masuk untuk bekerja secara bergiliran ada 150 orang. Saat masuk, mereka harus mampu mengerjakan berbagai tugas, mulai dari membersihkan kamar hingga kolam renang.
Seiring berjalannya waktu, HIG juga mulai menerapkan CHSE. HIG memberikan pelatihan protokol kesehatan langsung kepada karyawannya.
"Pelan-pelan kondisi membaik walaupun internasional marketnya belum masuk, jadi kita fokus ke domestik. Jadi Alhamdullilah hotel kita pada saat mulai membaik, puncaknya di akhir tahun sebelum ada pembatasan, pembukuan kita lumayan," Iswandi menerangkan.
"Sekarang karena sudah paham dengan protokol kesehatan, jadi kalau mau wedding, mau acara apapun di hotel silakan. Tapi ikuti protokol kesehatan termasuk kapasitas yang ada, misalnya kapasitas 200, kita cuma terima 50," kata Iswandi.
Di samping itu, saat ini HIG akan melakukan rebranding pada hotel-hotel miliknya. Mereka akan mengusung konsep ke-Indonesia-an, di mana setiap pelayanan hotel akan disesuaikan dengan kearifan lokal di setiap daerah. Hal ini diharapkan mampu menggaet pasar secara lebih luas, termasuk kaum milenial dan gen Z.
Simak Video "Detik-detik Tamu Hotel Mewah di China Ngamuk, Tabrakkan Mobil ke Lobi"
[Gambas:Video 20detik]
(pin/ddn)