Di Papua, Teleponan pun Harus Mendaki Bukit

Hari Suroto - detikTravel
Jumat, 28 Mei 2021 11:35 WIB
Teleponan di Kampung Goras (Hari Suroto)
Fakfak -

Kawasan yang masih tertutup hutan dan hijau menjadi kebanggaan Papua. Namun di balik keindahannya ada kisah sedih warga yang susah mendapat sinyal.

Kampung Goras terletak di pesisir Teluk Berau, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Penduduk Kampung Goras sebagian besar berprofesi sebagai nelayan atau berkebun.

Kampung ini berpasir putih, lingkungan sekitar kampung banyak ditumbuhi pohon kelapa. Pada sore hari dari beranda belakang rumahnya, mereka bisa menyaksikan senja indah di Teluk Berau, sambil ngopi atau ngeteh ditemani pisang goreng hasil kebun sendiri.

Kuliner seafood yang bernilai mahal bagi penduduk kota, bagi warga Goras itu dianggap biasa saja. Perairan di sekitar Kampung Goras sangat kaya, menyediakan ikan kakap putih, tengiri, lobster, udang, dan kepiting.

Untuk mendapatkannya, mereka tidak perlu berperahu jauh-jauh dari kampung, tinggal menebar jaring atau memancing. Dari semua kemewahan ini, hanya satu yang mereka tidak nikmati, yaitu akses jaringan telepon.

Cara Telepon di Kampung Goras Foto: (Hari Suroto)

Kampung Goras berada jauh dari kota, tidak ada tower BTS di kampung ini. Namun, ponsel milik mereka tidak kalah dengan penduduk kota, pada umumnya ponsel berkamera, namun hanya sekedar untuk dengar-dengar lagu atau untuk sekedar berfoto.

Untuk berkabar melalui telepon dengan kerabat di kota, ada satu lokasi yang menjadi favorit. Tempat ini merupakan satu-satunya yang bersinyal kuat, sebuah puncak bukit di tengah hutan.

Gampang-gampag susah, warga harus naik perahu sekitar 20 menit terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di hutan. Setibanya di kaki bukit, warga masih harus mendaki bukit melalui jalan setapak yang terjal, permukaan lereng bukit dipenuhi batu karang yang tajam.

Cara Telepon di Kampung Goras Foto: (Hari Suroto)

Warga harus berpegang pada batu karang atau batang pohon kecil yang tumbuh di sekitar. Setelah mendaki bukit sekitar 15 menit, tibalah di puncak bukit bersinyal.

Sebenarnya bukit ini tak memiliki nama. Namun sejak ditemukan adanya sinyal warga memberinya nama Bukit Telkomsel. Di puncak bukit terdapat pondok sederhana, tempat warga beristirahat sambil bertelepon.

Sinyal di puncak bukit ini hanya 2G saja, sebatas telepon dan sms, tidak bisa untuk internet. Bertelepon di puncak Bukit Telkomsel, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi warga, walaupun harus berjuang keras mendaki.

Di puncak bukit, mereka dapat berkabar dengan keluarga yang jauh di kota. Ditemani angin sepoi-sepoi serta pemandangan rimbunnya hutan dari puncak bukit.

Bukit Telkomsel ini masih sangat asri, ada berbagai macam burung yang hidup di sana. Sebut saja mambruk, cenderawasih, rangkong, dan kakatua. Sambil teleponan, saudara yang berada di kota seakan mendengar kicauan burung dari Bukit Telkomsel.

***

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Hari Suroto, peneliti dari Balai Arkelogi Papua. Artikel sudah disunting sesuai kebutuhan redaksi.



Simak Video "Video: Bupati Purwakarta Upayakan Pemulangan Jenazah Korban Penembakan KKB"

(bnl/bnl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork