Setelah menempuh jalanan kecil dari Tuk tuk di Pulau Samosir, detikTravel dan para fotografer finalis Garuda Indonesia Photo Contest tiba di Simanindo, Rabu (28/8/2013) lalu. Begitu turun dari bus, di hadapan kami adalah gerbang Museum Huta Bolon Simanindo.
Jangan bayangkan museum dengan bangunan besar. Tempat ini lebih seperti museum terbuka. Tidak salah, Museum Huta Bolon Simanindo mengambil konsep desa adat Batak yang disebut Huta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, huta di sini menjadi semacam tempat pagelaran tari tortor. Di dalamnya terdapat 6 rumah tradisional Batak, 3 di kiri dan 3 di kanan. Di tengahnya terdapat lapangan.
Saat kami tiba pukul 11.00 WIB, sudah dimulai simulasi Pesta Adat Mangalahat Horbo, pesta memotong kerbau. Tapi kerbau di sini hanya dipajang saja.
Yang seru di sini adalah rangkaian 11 tarian gondang dan tortor yang mempesona. Puluhan wisatawan mancanegara yang duduk berjejer begitu terhipnosis.
Tarian ini macam-macam namanya. Dimulai dari Gondang Lae-lae, tari mendoakan kerbau. Lalu, Gondang Mula-mula dan Gondang Mula Jadi, berdoa pada Tuhan.
Prosesi berlanjut dengan Gondang Shata Mangaliat, yang aslinya prosesi menyembelih kerbau. Lalu ada Gondang Marsiolop-olopan dimana warga desa memberi selamat. Kemudian ada Gondang Siboru dan Gondang Sidoli, tarian meminta lamaran dan tarian melamar gadis.
Jeprat! Jepret! Para wisatawan dan fotografer tak henti-hentinya memotret rangkaian tarian menarik ini. Apalagi saat Gondang Pangurason, dimana seorang perempuan disusupkan roh dan menari dengan cipratan air meminta berkah.
Tentu saja wisatawan tidak hanya bisa menonton. Di Museum Huta Bolon, pada prosesi ke sembilan adalah Tari Bersama. Semua hadirin diminta ikut menari tortor.
Saya tidak mau ketinggalan! Bersama sekitar 20 tamu, saya ikut menari tortor berkeliling lapangan itu. Horas! Horas! Semua orang memekik bersama dengan serunya.
Kemudian ada tari Tortor Tunggal Panaluan dari seorang dukun. Prosesi adat pun mencapai puncaknya dengan Gondang Sigale-gale.
Inilah ikon dari Museum Huta Bolon. Boneka Sigale-gale diboyong ke tengah dan orang-orang bisa melihatnya menari, seiring penari lain bermain alat musik.
Jika dilihat dari depan Sigale-gale bergerak sendiri. Tapi dari samping, sepertinya saya melihat seorang penari memainkan bonekanya dari bawah seperti seorang dalang. Wisatawan pun maju memberi uang Rp 50.000.
Ketika prosesi adat selesai, semua orang berebut berfoto bersama para penari dan tentunya boneka Sigale-gale. Sayang, hujan membuat kami harus meninggalkan Museum Huta Bolon. Namun keseruan upacara adat ini pasti jadi pengalaman berkesan untuk wisatawan.
(fay/shf)
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana