Lain timur lain barat. Di Aceh, masyarakat dan wisatawan pada umumnya suka berkumpul sambil minum kopi. Itu sebabnya, di Indonesia bagian barat ini, banyak warung kopi yang mudah ditemukan di tepi jalan.
Kondisi tersebut kontras dengan Kota Sorong yang ada di Indonesia bagian timur. Hampir di sepanjang jalan yang ada di kota, jarang terlihat kedai kopi. Satu-satunya warung kopi yang terlihat adalah Phoenam, cabang dari Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka bertandanglah detikTravel bersama rombongan dari Kemenparekraf ke rumah produksi sekaligus pemasaran Kopi Senang pada pekan lalu. Perjalanannya hanya sekitar 15 menit dari Hotel Mariatt di pusat kota. Begitu tiba di pintu gerbang bangunan tiga tingkat itu, kami disambut aroma kopi yang sedap.
"Di Sorong hanya ada kami satu-satunya produsen kopi," kata pemilik Kopi Senang, Pak Budi yang berumur 53 tahun.
Melihat ada potensi bisnis, pria Tionghoa asal Padang ini mulai mendirikan rumah pengolahan kopinya pada tahun 1985. Sorong bukanlah wilayah penghasil kopi. Bahkan, hampir tak ada perkebunan kopi di daerah ini. Tapi Budi tak habis pikir dan memutar otak untuk mencari biji kopi. Dia berkeliling "mengimpor" kopi Robusta dari berbagai daerah yang memang terkenal punya kopi enak.
"Sorong tak ada kopi, jadi kita keliling cari kopi. Mulai dari Sulawesi, Sumatera Utara, Lampung, sampai Manokwari. Kita ambil biji mentah kualitas ekspor lalu mengolahnya di sini," lanjut Budi saat ditemui di kantor sekaligus kediamannya.
Perpaduan biji kopi dari berbagai daerah membuat aroma kopinya sungguh harum. Namun menurut beberapa penikmat kopi, citarasa kopi Senang masih kalah dibanding dengan hasil racikan biji kopi yang tumbuh di Papua seperti kopi Moanemani, Pogapa, dan Amungme Gold.
Meski begitu, kerja keras Budi tak sia-sia. Sasarannya sejak awal memang ingin memasyarakatkan budaya ngopi di Papua Barat, sekaligus membidik pasar wisatawan. Kopinya kini tenar di kalangan masyarakat Papua, bahkan hingga ke pedalaman dan pesisir.
"Pasar kita Sorong, Papua dan sekitarnya. Tapi kopi kita juga sampai ke Sumatera dan Jawa sebagai oleh-oleh khas,β ujarnya.
Lalu kenapa namanya 'Senang'? Sambil terkekeh, Budi mengatakan nama tersebut punya cerita tersendiri. Saat memutuskan merantau ke Papua Barat, Budi dan istrinya ingin berbisnis kopi. Mereka lalu bercerita kepada orangtua mereka.
"Orangtua saya cuma bilang, 'oke bisnis kopi itu bagus juga, semoga bisa bikin senang ya'. Saat mau memberi nama merek, saya terpikir untuk membuat 'Senang' karena mudah diingat. Sekarang memang kopi ini bikin kami senang dan orang yang meminumnya pun mudah-mudahan bisa senang," ujarnya sambil memasukkan kopi pesanan kami ke dalam boks karton.
Sayangnya, Budi belum menyediakan kafe atau kedai di tokonya. Dalam waktu dekat dia berencana mendirikan warung tempat para wisatawan bisa bersenang-senang menikmati Kopi Senang. Kita lihat saja nanti.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol