Jejak Belanda yang Hilang di Pulau Doom, Sorong

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Festival Sorong 2013

Jejak Belanda yang Hilang di Pulau Doom, Sorong

- detikTravel
Senin, 07 Okt 2013 14:18 WIB
Kapal-kapal yang bersandari di pinggir pantai Pulau Doom (Ropesta Sitorus/detikTravel)
Sorong - Pulau Doom di Papua Barat menjadi titik masuk penjajah Belanda sebelum menguasai Papua. Bangunan hingga tata kotanya pun terlihat penuh nuansa Negeri Kincir Angin. Namun sayang, jejak kolonial itu mulai perlahan hilang.

Pulau Doom disebut juga sebagai Pulau Mutiara, Pulau Dum, atau Pulau Bintang. Pulau Doom disebut sebagai Kota Tua yang ada di Sorong, Papua Barat, karena di sinilah Belanda pertama kali mendirikan pusat pemerintahan dan membangun kantor-kantor.

Demi mendukung pemerintahannya, Belanda juga membangun infrastruktur. Jadi jauh sebelum kota-kota lainnya mendapat aliran listrik, Pulau Doom sudah punya satu pembangkit listrk tenaga diesel. Penerangan dialirkan ke pelabuhan dan pemukiman penduduk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada malam hari, Pulau Doom terlihat terang karena lampu-lampu di rumah penduduk semuanya menyala. Dilihat dari Kota Sorong, kerlip lampu itu sangat cantik, terlihat seperti taburan bintang di langit. Itu sebabnya, pulau ini sohor dengan gelarnya, Pulau Bintang.

detikTravel dan rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif singgah di Pulau Doom saat di sela-sela pelaksanaan Festival Nusantara Sorong Raya 2013, akhir September lalu. Pulau ini punya corak khas yakni tata kota ala Belanda, yang membuatnya berbeda dengan kota lain di Sorong.

Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda masih terlihat jelas lewat sejumlah bangunan tua. Di sana terdapat Gedung Kesenangan tempat serdadu Belanda melepas lelah dengan berenang, main tennis, dan dansa.

Tak hanya itu, Pulau Doom juga dikenal memiliki banyak gua. Ada belasan atau mungkin puluhan gua di Pulau Doom yang terhubung antara satu sama lain.

Paskah Pelupere, penduduk setempat, bersedia menjadi pemandu dan membawa kami menuju gua yang ada di belakang Gereja Bethel. Sekilas, gua itu hanya seperti gundukan tanah biasa yang berlubang. Di atasnya ditumbuhi pepohonan.

Gua yang ditunjukkan Paskah sebenarnya lorong bawah tanah buatan tentara Jepang. Konon, lorong itu menghubungkan titik bunker pertahanan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Lorong itu juga terhubung langsung ke pelabuhan.

Kami sudah semangat empat lima ingin menusuri gua. Sayang, beberapa waktu sebelumnya tanah di dalamnya longsor. Memang, dinding lorong di sana masih berupa tanah polos. Berbeda dengan Gua Jepang di Bukittinggi yang sudah dilestarikan dan dijadikan objek wisata.

Nilai sejarah Pulau Doom sesungguhnya sangat besar. Bangunan tua bekas peninggalan Belanda juga masih banyak terlihat dan kini ditempati oleh masyarakat. Namun,tak ada keterangan apapun yang tertera di sana yang bisa memudahkan wisatawan. Juga, tak terlihat upaya untuk menata dan melestarikan bangunan bersejarah itu. Yang lebih bikin miris, warga setempat juga tak merawat.

"Batu-batu bekas pagar benteng itu juga diambil dan dijual," kata Paskah.

Pemda Sorong juga mengaku perhatian pada peninggalan sejarah di Pulau Doom. Kepala Dinas Pariwisata Kota Sorong, Jakobus Sedik berjanji pihaknya akan melakukan pemugaran.

"Akan kita pugar, kembali ke bentuknya seperti dulu, nantinya akan kita jadikan kota tua dan dijadikan pintu city tour di Sorong," kata Jakobus.

(ros/aff)

Hide Ads