Kota ini tepatnya berada di Pulau Tebing Tinggi yang posisinya di jalur selat Malaka. Hanya saja kota ini menghadap ke Pulau Rangsang yang dipisahkan dengan selat.
Untuk menempuh Selat Pajang, kini jalur transportasi sedikit lebih mudah. Dari Pekanbaru, Anda bisa menuju ke Pelabuhan Sungai Duku di Perairan Sungai Siak. Di sana ada kapal yang saban hari akan membawa ke sana.
Kapal speed boat yang tersedia menggunakan ruangan pendingan AC dari Pekanbaru nantinya berhenti di Kota Perawang, di Kabupaten Siak dengan lama tempuh 30 menit. Lantas disambung lagi dengan bus menuju Pelabuhan Buton masih di Kabupaten Siak selama 1,5 jam. Selepas itu kembali naik kapal dengan perjalanan 1,5 jam. Di perkirakan sambung menyambung transportasi dan bongkar muat barang ini memakan waku 4 jam dengan ongkos sekali jalan cuma Rp 135 ribu.
Waktu ini jauh lebih efektif dibantingkan 10 tahun silam. Jalur transportasi saat itu satu-satunya hanya naik kapal yang bisa memakan waktu lebih dari 8 jam, belum bisa naik bus. Kini sarana jalan di Kabupaten Siak yang sudah beraspal memangkas lamanya jarak tempuh tersebut.
Begitu sampai di kota Selat Panjang, di pelabuhan akan ada transportasi kota yang mengantarkan Anda ketempat tujuan. Pertama dengan ojek kedua dengan becak motor. Tak ada taksi di sana.
Kota Selat Panjang tidaklah begitu besar. Namun mayoritas penduduk kota dipenuhi warga etnis Tionghoa yang sudah lebih 170 tahun keberadaanya di sana. Dari jumlah penduduk 248 ribu jiwa, sekitar 30 persen merupakan warga Tionghoa.
Di Kota Selat Panjang akan terlihat bangunan ruko yang bagian atasnya banyak dijadikan sarang walet. Suara bising pita kaset dari bangunan gedung bertingkat meramaikan suasana kota.
Jalur kota antara jalan yang satu ke jalan yang lain, ukurannya sangat kecil. Umumnya lebar jalan hanya 5 meter. Itu sebabnya, jangan heran di kota ini transportasi andalan warganya hanya sepeda motor dan becak motor. Tak ada angkutan umum seperti taksi atau angkot di sana. Mobil pribadi yang ada jumlahnya tak lebih dari hitungan jari.
Masih banyak anak sekolah yang menggunakan sepeda. Kalaupun Anda melihat ada mobil wira-wiri, dipastikan itu mobil plat merah milik Pemkab Kep Meranti yang dimpimpin Bupatinya, Irawan. Kabupaten ini belum genap 5 tahun berpisah dari kabupaten induknya Bengkalis.
Di kota ini juga tersedia hotel dan wisma. Kalau di sore hari, wisatawan bisa nongkrong di pinggir pelabuhan. Secangkir kopi panas atau hidangan mie sagu kuah menjadi andalan kuliner di kota itu. Maklum Selat Panjang juga dijuluki kota sagu, karena hasil tepung sagunya terbaik di Indonesia.
Aktivitas kotanya paling terasa berada di tepi pantai. Di sana saban hari ada bongkar muat barang dari kapal untuk kebutuhan masyarakat di sana. Pasokan sembako dan kebutuhan material bangunan didatangkan dari Pekanbaru.
Terik mata hari lumayan panas di sana dengan rata-rata 33 derajat celcius. Namun demikian, wisata yang paling asyik dinikmati di kota ini adalah saat hari raya Imlek nanti. Di sana nuansanya sangat berbeda dengan kota lainnya yang ada di Indonesia.
Perayaan Imlek, akan di meriahkan dengan acara perang air. Seluruh warga kota, terlibat tradisi perang air hingga basah kuyup. Perang air ini ada yang naik becak, naik motor dan berjalan kaki. Masing-masing orang akan membawa air dalam bentuk pistol-pistolan raksasa berisikan air. Ada yang membungkus air dalam plastik.
Mereka saling serang. Ini tidak hanya dirayakan warga Tionghoa saja. Masyarakat pribumi juga larut dalam tradisi ini. Terlebih, Imlek juga sudah menjadi hari libur nasional.
Acara siram air ini, dimulai sejak pukul 16.00 WIB sore dan akan berakhir malam hari. Anda boleh saja ikut larut dengan membawa air untuk saling serang. Basah-basahan akan terjadi besar-besaran di sana. Ribuan orang akan tumpah riah dalam peringatan Imlek selama 7 hari.
Mereka yang terlibat perang air, tidak memandang siapa Anda. Begitu anda melintas di pusat kota, maka siap-siap air akan membasahi. Tak boleh marah atau protes kalau Anda tersiram air. Karena acara itu seperti pesta rakyat yang tiada duanya di Indonesia.
Acara perang air ini, juga dihadiri para perantau Tionghoa asal Selat Panjang. Mereka yang ada di belahan kota di Indonesia dan mancanegara akan balik kampung, sebagaimana tradisi saat Lebaran Idul Fitri.
"Warga kami yang merantau dari Sabang sampai Marauke akan pulang saat Imlek. Begitu juga yang merantau di luar negeri. Kami di sini saling melepas rindu sesama keluarga. Maaf, tidak satupun warga kami yang mau kembali ke China sana. Selat Panjang adalah tempat dan kehidupan kami," kata Deni alias Along (45) pengurus Vihara Sejahtra Sakti, Hoo Ann Kiong, Selat Panjang kepada detikTravel.
Menurut Along, jika ingin melihat acara perang air di hari Imlek, maka yang berniat harus jauh hari booking hotel. Paling tidak 2 bulan sebelum jatuh hari Imlek, hotel harus sudah dipesan.
"Kalau tidak, ya jangan harap dapat tempat penginapan di sini. Karena ribuan orang akan datang ke Selat Panjang, termasuk sejumlah turis bule juga tak mau ketinggalan melihat acara perang air ini," kata Along.
Menurut Bupati Kepulauan Meranti, Irawan, acara perang air di kotanya itu menjadi agenda wisata budaya. Masyarakat berbaur untuk bersama-sama menikmati perang air.
"Ini salah satu andalan wisata kebudayaan di tempat kami. Banyak turis mancanegara yang datang ke tempat kami kalau saat Imlek dengan perang air itu. Selain itu kota kami selalu menyajikan mie sagu baik kering dan berkuah yang dimasak secara lezat oleh masyarat pribumi atau Tionghoa," kata Bupati Kep Meranti, Irawan kepada detikTravel.
Dari segi keamanan jangan khawatir. Polres Kepulauan Meranti dibawa pimpinan AKBP Pandra Arsyad akan memberikan pengawalan untuk suasana perang air itu. Personel kepolisian di sana memang masih terbatas. Jumlahnya hanya 179 orang. Padahal idealnya minimal di sana harus ada 700 personel.
"Walau kami masih minim karena polres termuda, kami tetap akan memberikan pengamanan maksimal," kata Pandra.
Kapolres Kep Meranti ini, juga ikut berjibaku memperkenalkan Selat Panjang ke mancanegara. Maklum kapolres yang satu ini mantan Abang Jakarta yang pernah menjadi duta wisata negara.
Makanya, dia pun tak bosan-bosanya untuk ikut memperkenalkan wisata budaya dan kuliner di kota itu. Februari lalu, atas undangannya, sejumlah pelajar dari Korea Selatan datang ke Selat Panjang untuk melihat secara dekat suasana kota. Dia juga ikut memperkenalkan Selat Panjang ke Singapura untuk mengajak wisatawan asing dapat melancong saat perayaan Imlek di kota itu.
"Kita di sini bersama-sama dengan Pemda Meranti untuk menggaungkan wisata budaya dan kuliner," kata Pandra mantan ajudan Kapolri Jenderal Sutanto itu.
Uniknya lagi, masyarakat di Selat Panjang ini lebih familier dengan kota Batam ketimbang dengan Pekanbaru. Ini dikarenakan, jalur transportasi lebih memudahkan ke Batam. Hanya dengan naik kapal selama 3 jam tanpa harus turun naik kapal dan bus, mereka bisa sampai di Batam. Itu sebabnya, masyarakat Selat Panjang yang akan ke Jakarta, atau ke kota lainnya, mereka lebih memilih Batam sebagai kota transitnya.
Untuk wisata kuliner, selain menikmati mie sagu rebus, Anda bisa juga menikmati sajian aneka kue dan kerupuk dengan bahan dasar tepung sagu. Anda juga bisa membeli tepung sagu yang sudah diolah menjadi mie dalam kemasan plastik atau kerupuk sagu yang masih mentah. Sajian kuliner ringan dari bahan tepung sagu akan lezat terasa.
Selain itu di tengah kota ini, juga dipenuhi 60 kelenteng sebagai tempat peribadat warga tionghoa. Masyarakat Tionghoa dan pribumi di sana sudah lama menyatu. Mereke berbaur satu sama lainnya. Jika Anda berminat menyaksikan acara perang air, persiapkan jauh-jauh hari rencana liburan yang seru di Selat Panjang!
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!