Yang Unik di Kepri, Klenteng Dililit Beringin Seperti Angkor Wat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Yang Unik di Kepri, Klenteng Dililit Beringin Seperti Angkor Wat

- detikTravel
Selasa, 02 Des 2014 16:33 WIB
Klenteng yang dililit oleh pohon beringin (Ropesta/detikTravel)
Tanjung Pinang -

Berwisata di Tanjung Pinang sempatkan untuk berkunjung ke daerah kelurahan Senggarang. Di sini ada satu klenteng yang kalau sekilas dilihat mirip Angkor Wat di Kamboja.

Kemiripan itu bukan dari segi ukuran tapi kondisi tembok klenteng yang terlilit akar pohon beringin raksasa. Klenteng Tien Shang Miao namanya. Oleh warga lokal sering disebut Klenteng Beringin lantaran bangunannya yang seolah-olah ada di dalam pohon beringin.

detikTravel berkesempatan menyambangi klenteng ini saat mengeksplorasi wisata bersama rombongan wartawan dari Jakarta bersama Pelni kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Klenteng ini berada hanya sekitar 5 meter dari bibir pantai. Dia berdiri di kawasan rumah penduduk kampung Boyan yang mayoritas adalah etnis Tionghoa. Tak jauh dari kawasan ini juga ada pasar, sekolah dasar dan lapangan yang jadi semacam alun-alun warga setempat.

Menurut informasi, klenteng ini dulunya rumah seorang Kapiten bernama Chio Ch’en pada 1800-an. Setelah Kapiten itu meninggal, warga Senggarang pun menjadikannya rumah ibadah bagi etnis Buddha.

Entah bagaimana awalnya bangunan itu terlilit akar pohon. "Pohon beringinnya juga sudah 200 tahun. Itu pohon bukan sembarangan, enggak boleh dipotong," kata Panjang, 78 tahun, seorang putra daerah asli.

Lazimnya bangunan tua, klenteng ini pun tak lepas dari cerita mistis. Akar pohon beringin itu setiap tahun selalu bertambah banyak, namun bagian bata tembok yang sudah ratusan tahun itu tidak rusak.

Menurut cerita Panjang, pernah ada beberapa pejabat yang mencoba untuk merenovasi bangunan klenteng itu dan memotong akar-akar pohon beringin yang melilitnya. Namun usaha itu selalu gagal konon karena 'penghuninya' tidak mengizinkan.

"Dulunya semua tertutup pohon. Ada orang Jakarta mau perbaiki, "dia" enggak kasih. Ada yang mau bangun lagi dia tak mau kasih juga. Lampu juga enggak mau terlalu terang, kalau malam di sini hanya remang-remang," kata pria yang dianggap sebagai tetua kampung itu.

Hingga kini klenteng tersebut masih digunakan sebagai tempat ibadah. Hio terus dibakar. Tak hanya warga lokal, banyak turis domestik hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Tiongkok yang datang berdoa dan meminta berkah.

"Kadang-kadang sampai sekarang, meski dia sudah mati dia masih tolong orang. Banyak yang suka datang minta tolong ke sini," ucapnya.



(shf/shf)

Hide Ads