Kisah Pilu Manusia Perahu Vietnam di Batam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Pilu Manusia Perahu Vietnam di Batam

- detikTravel
Rabu, 10 Des 2014 08:45 WIB
Perahu yang digunakan orang-orang Vietnam ke Pulau Galang (Afif/detikTravel)
Batam - Tiap wilayah di Indonesia menyimpan sejarah yang menarik. Di Batam, wisatawan bisa tahu tentang kisah ratusan ribu manusia perahu Vietnam yang penuh pilu. Mereka lebih suka tinggal di Indonesia daripada negaranya sendiri.

Setibanya di Batam, saya teringat perkataan teman, "Jangan lupa mampir ke Pulau Galang buat melihat Kamp Vietnam". Bukan tanpa sebab, Kamp Vietnam memang menjadi salah satu destinasi sejarah yang tersohor di Batam.

Perjalanan dari pusat Kota Batam menuju Kamp Vietnam yang berada di Pulau Galang mencapai 1 jam lebih, dengan naik mobil. Jembatan Barelang yang cantik pun saya lewati, dengan pemandangan laut, perbukitan dan awan dari atas jembatannya yang bagaikan lukisan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Singkat cerita, sampailah saya di Kamp Vietnam. Tiket masuknya tak mahal, cukup Rp 5 ribu saja per orang. Ingat, datang ke sini sebaiknya membawa mobil, karena luasnya mencapai 80 hektar.

Melalui berbagai papan informasi di sana, Kamp Vietnam ini dulunya ditempati oleh orang-orang Vietnam pada tahun 1979. Kala itu, Perang Vietnam antara Vietnam Utara (komunis) dan Vietnam Selatan baru saja tuntas setelah 18 tahun lamanya. Suatu perang ideologi yang menelan korban jiwa satu juta orang lebih.

Masyarakat Vietnam kemudian mengalami trauma dan ketakutan hebat. Ditambah suasana negaranya yang tak kondusif, mereka lebih memilih angkat kaki pegi ke luar negeri. Sekitar ratusan ribu orang Vietnam berlayar melintasi Laut China Selatan dan terombang-ambing di lautan. Mereka mencari tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

Mereka pun berlayar hanya berbekal perahu nelayan saja. Dengan satu perahunya memuat 40-100 orang, bisa dibayangkan betapa penuh dan pengapnya. Setelah selama beberapa bulan di lautan, tibalah mereka di Pulau Galang.

Mereka lalu membangun suatu pengungsian di sana dan hidup sekedarnya. Hanya bergantung dari alam, serta terisolasi dari dunia luar. Masyarakat di Batam kala itu pun menjulukinya sebagai manusia perahu.

Sebagian orang Vietnam di sana, malah membakar perahu-perahu mereka dengan tujuan agar tidak kembali ke negaranya. Mereka lebih memilih tinggal di Pulau Galang karena tak ada perang dan bisa hidup dengan penuh damai.

Sekitar tahun 1980-an, Pemerintah Indonesia yang mengetahui manusia perahu dari Vietnam tersebut mengambil tindakan. Bukannya dengan mengusir, pemerintah malah membangun suatu pengungsian yang lebih layak bagi orang-orang Vietnam. Dengan dibantu United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dari PBB, pemerintah membangun sekolah, tempat ibadah, pos pengamanan, perumahan, komplek pemakaman dan penjara.

Penjara? Ya, tak sedikit orang-orang Vietnam kala itu berbuat sewenang-wenang. Buktinya adalah Humanity Statue, patung yang mengenang duka seorang penungsi wanita bernama Tinh Nhan.

Dia bunuh diri di tengah hutan di sana, akibat berulang kali diperkosa oleh sesama pengungsi. Suatu peristiwa yang begitu memilukan, masih sempat-sempatnya ada orang yang tega berbuat seperti itu.

Informasi lebih mendalam tentang Kamp Vietnam bisa Anda dapatkan di Museum Galang yang masih di dalam kawasan Kamp Vietnam. Akhir cerita, orang-orang Vietnam bisa kembali ke negara asalnya setelah mendapat jaminan perlindungan. Rasa terimakasih dari mereka untuk Indonesia, mungkin bisa digambarkan oleh puisi buatan salah satu pengungsi di sana, Nguyen Van Dinh yang pernah ditulis dalam Majalah Tu Do Vietnam.

"To Indonesian Friends, you are the sunshine very bright. Come to us who are blind. Thanks for your sweet heart fully fine. Never forget you in our live".

(sst/sst)

Hide Ads