Yang Khas dari Toraja, Jenazah Dibungkus Kain Berbal-bal

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Yang Khas dari Toraja, Jenazah Dibungkus Kain Berbal-bal

- detikTravel
Rabu, 31 Des 2014 08:47 WIB
Keluarga almarhum berdoa bersama (Edward/detikTravel)
Tana Toraja - Prosesi pemakaman khas Toraja yaitu Rambu Solok menarik wisatawan di Tana Toraja. Sebelum ditaruh di tebing batu, jenazah tidak dimasukan peti, melainkan dibungkus kain berbal-bal sampai tebal.

Proses Rambu solok Nene Dina Lona'Londongallo, ibunda Bupati Tana Toraja, Thelofius Allorelangun pada tanggal 26 Desember 2014 sangat menarik perhatian wisatawan. Proses Rambu Solok dilakukan sesuai adat istiadat Tana Toraja meski pihak keluarga telah menganut kepercayaan Nasrani.

detikTravel bersama Tim Adventure PT Nagata Dinamika anak perusahaan PT Sewatama berkesempatan melihat perayaan kematian Rambu Solok di Desa Rembon, Tana Toraja. Perayaan kematian itu terbilang megah persiapan sudah dilakukan selama satu tahun. Hampir selama satu tahun jenazah diawetkan dengan formalin dan tidak dikubur melainkan ditempatkan di rumah tongkonan miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena prosesi Rambu solok harus dilakukan rembukan keluarga besar mulai dari anak hingga cicitnya, setelah mendapat kata sepakat baru dilakukan upacara," ujar Samuel cucu kedua Nene Dina Lona'Londongallo di sela-sela proses kegiatan, Jumat (26/12/2014).

Perlu diketahui proses upacara Rambu solok tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Sebabnya, status sosial dari keluarga tersebut mempengaruhi letak liang di tebing batu. Biasanya semakin tinggi liang tebing batu, maka akan menandakan status sosial jenazah sederajat dengan keluarga bangsawan atau kerajaaan.

"Waktu itu Nene sendiri seakan sudah mempersiapkan dirinya untuk upacara kematiannya, makanya dia tidak dimasukan ke dalam erong (peti) melainkan dibungkus kain berlipat-lipat hingga berbentuk seperti guling kemudian dilapis lagi dengan manik-manik yang telah dibuat olehnya sendiri," imbuhnya.

Samuel kembali mengenang ingatannya beberapa waktu lalu, saat itu dirinya enggan kembali ke Tana Toraja. Namun dorongan dari keluarga hingga permintaan langsung dari nenek kepada dirinya akhirnya membuat luluh.

"Ya mungkin felling orang tua zaman dulu sangat kuat. Nggak lama kita bertemu, Nene langsung meninggal saya sekeluarga sempat tidak menyangka," tuturnya.

Menurutnya tradisi Rambu Solok telah mengajarkan kearifan lokal masyarakat toraja. Ia meyakini apa yang diajarkan masyarakat toraja dulu kala telah hilang.

"Pada akhirnya kita mengerti kalau makna dari upacara Rambu Solok untuk mengingatkan diri kita dan sisilah keluarga. Mungkin jika tidak seperti ini antara satu dengan keluarga yang lain telah tidak saling kenal lagi," ungkapnya.

(ptr/ptr)

Hide Ads