Lawang Sewu yang punya sejarah panjang saat masa penjajahan dulu memang identik dengan kesan angker. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (26/2/2015) Lawang Sewu juga seringkali jadi tempat uji nyali acara misteri.
Kesan angker memang melekat pada Lawang Sewu, bekas kantor jawatan kereta api peninggalan Belanda yang dibangun pada 27 Februari 1904 dan selesai pada tahun 1907. Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu punya arti 'seribu pintu'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarahnya, Lawang Sewu menjadi saksi sejarah dalam pertempuran Lima Hari di Semarang yang menewaskan ribuan jiwa kala itu. Sayang memang, namun sejarah itu malah tertutupi oleh kesan angker Lawang Sewu.
Menyadari image Lawang Sewu yang lebih dikenal angker, pihak PT KAI merenovasi Lawang Sewu dan mengecatnya pada tahun 2011 silam. Setelah dipugar bangunan tersebut tampak baru dan tidak menyeramkan seperti dulu.
Proses renovasi memang memakan waktu lama, namun perubahannya cukup terasa. Mulai dari lantai, dinding, kusen, pintu, hingga atap Lawang Sewu diganti total dengan yang baru, tapi tetap mempertahankan keaslian yang sudah ada.
Pemugaran yang dilakukan masih pada gedung A dan gedung C. Saat ini gedung A difungsikan untuk Griya Nusantara, yaitu untuk pameran batik dan kerajinan. Sementara itu lantai 3 gedung A yang masih terlihat seperti loteng luas, akan digunakan untuk ruang pameran lukisan.
Nantinya gedung B yang punya saluran bawah tanah dan loteng luas juga akan dipugar. Rencananya, gedung B akan dijadikan pusat kuliner siap saji hingga lapangan bulutangkis di lotengnya. Adapun sejumlah pameran lukisan sempat diadakan di gedung B.
Gedung C yang digunakan sebagian untuk kantor rencananya akan digunakan seluruhnya untuk museum. Saat ini museum hanya ada di lantai 1 gedung C. Di sana pengunjung bisa melihat gambar dan sejarah Lawang Sewu, termasuk kondisi sebelum dipugar.
Semenjak renovasi, tidak sedikit pengunjung yang datang ke Lawang Sewu di Semarang. Ada yang ingin mengagumi arsitektur bangunan yang makin cantik, hingga sekedar berfoto di depan lokomotif tua C 2301 yang dipajang di pekarangan.
Ke depannya Lawang Sewu akan dijadikan sebagai objek wisata budaya dan belanja. Tujuannnya agar pengunjung mendapat unsur sejarah dan edukasi ketimbang kesan angkernya.
Bahkan jika datang pada waktu yang tepat, pengunjung bisa bernyanyi dengan diiringi musik keroncong dari Gunung Jati Kroncong Music binaan PT KAI. Grup keroncong itu ada setiap dua minggu dalam satu bulan.
Kalau mau mampir, komplek Lawang Sewu buka dari pukul 07.00-21.00 WIB setiap harinya. Biaya masuknya adalah Rp 10 ribu untuk dewasa, serta Rp 5 ribu untuk anak-anak maupun pelajar.
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan