Pura Ulun Danu Batur berlokasi di Desa Kalanganyar, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Ini adalah pura tersakral kedua di Pulau Dewata setelah Besakih.
Dari bagian luar, tak tampak ada tanda-tanda kelenteng di dalam pura. Padahal, pura yang terletak di Jalan Raya Denpasar-Singaraja ini menjadi tempat beribadah umat Hindu sekaligus Tionghoa.
Total, ada 285 pura dan paviliun di dalam Pura Ulun Danu Batur. Nah, salah satunya dijadikan kelenteng dan penuh ornamen Tionghoa. Ukiran naga, kaligrafi China, dan warna merah-emas mendominasi bangunan. Ornamen-ornamen itu bersanding harmonis dengan sesajen khas Bali di bagian tengahnya.
Pada awalnya, kelenteng tersebut berada di luar pura. Namun akhirnya warga setempat menyarankan, kelenteng tersebut dipindahkan ke dalam komplek pura. Uniknya, kelenteng ini tak terlalu ramai saat Imlek. Kelenteng tersebut justru ramai saat hari raya agama Hindu yakni Galungan dan Kuningan, juga beberapa upacara adat Bali.
Dari seluruh wilayah Bali, Kintamani adalah satu-satunya daerah yang punya sejarah akulturasi budaya dengan Tionghoa. Hal ini juga berkaitan dengan cerita Raja Balingkang yang menikah dengan seorang putri Tionghoa.
Meski tak terlihat dari jalan raya, kelenteng di Pura Ulun Danu Batur menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Apalagi Anda tak perlu merogoh kocek sepeser pun untuk masuk. Kalau mengenakan celana atau rok pendek, turis tinggal menyewa kain yang harganya tak sampai Rp 20.000.
(sst/aff)
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya