Turis ke Malaysia Lebih Banyak dari Indonesia, Pakar: Kita Bukan Mass Tourism

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Turis ke Malaysia Lebih Banyak dari Indonesia, Pakar: Kita Bukan Mass Tourism

Rosmha Widiyani - detikTravel
Rabu, 15 Okt 2025 08:04 WIB
Wisatawan berkunjung di Pantai Echo Canggu, Badung, Bali, Senin (1/9/2025). Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Putu Winastra mengatakan antusias wisatawan mancanegara masih tinggi untuk ke Bali dan situasi pariwisata masih kondusif pasca terjadi aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh pada Sabtu (30/8). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nz
Wisatawan dalam dan luar negeri di Canggu, Bali (dok. Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto)
Jakarta -

Kedatangan turis asing ke Malaysia yang lebih banyak daripada Indonesia menimbulkan pertanyaan. Sepanjang Januari-Agustus 2025, Kementerian Pariwisata mencatat ada 10 juta turis asing ke Indonesia. Sementara itu dikutip dari The Star, ada 28 juta turis asing ke Malaysia.

Menanggapi kondisi ini, pakar pariwisata Prof Azril Azahari menyatakan tidak perlu khawatir karena pembangunan industri pariwisata sudah di tahap yang benar. Indonesia tidak lagi mengandalkan mass tourism yaitu pariwisata yang ditandai pergerakan sejumlah besar turis ke destinasi populer.

"Nggak usah khawatir karena kita bikin yang benar. Bukan lagi mass tourism, tapi customize tourism berbasis ekosistem kepariwisataan. Pengelolaan juga berdasarkan community based tourism yang melibatkan masyarakat lokal," ujar Prof Azril pada detikTravel Selasa (14/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengunjung yang datang ke destinasi wisata bisa datang sehari atau menginap dan sama-sama memperoleh pengalaman terbaik. Pengunjung tidak akan melihat tumpukan sampah, banjir, atau mengalami macet yang sangat dilarang dalam penerapan sustainable tourism.

ADVERTISEMENT

Strategi ini diakomodasi dalam revisi Undang-undang (UU) Kepariwisataan yang disepakati pemerintah dan DPR pada 2 Oktober 2025. Prof Azril menjelaskan UU tersebut mengembalikan pengelolaan pariwisata pada dasarnya. Pengembangan pariwisata dilakukan sesuai prinsip dasar yang terdiri dari:

  • Berbasis ekosistem

Pariwisata jangan sampai merusak keseimbangan flora dan fauna, memastikan tidak ada eksploitasi lingkungan, serta ada manajemen risiko. Manajemen ini mencakup identifikasi risiko, analisis, pengelolaan, monitoring dan evaluasi (monev), serta upaya mitigasi.

  • Berbasis komunitas

Komunitas masyarakat menjadi dasar pengelolaan pariwisata, setelah sebelumnya berdasarkan corporate. Masyarakat lokal terlibat dalam semua proses kelola dan pengembangan pariwisata. Artinya ada restrukturisasi tata kelola destinasi wisata dengan pelibatan komunitas masyarakat.

  • Pariwisata berkelanjutan

Pengelolaan pariwisata harus berkelanjutan yang artinya sesuai daya dukung lingkungan, menjaga keseimbangan flora dan fauna, menjamin alam sekitar tetap bersih demi pengalaman wisata terbaik untuk pengunjung. Masyarakat tetap terlibat dalam pengembangan wisata, bisa melalui organisasi masyarakat (ormas).

Revisi menjadikan UU Kepariwisataan punya 17 bab yang sifatnya masih general. Nantinya, revisi UU Kepariwisataan bisa menjadi pertimbangan penerbitan Keputusan Menteri (Kepmen). Poin-poin dalam revisi UU Kepariwisataan akan diturunkan menjadi 12 Peraturan Presiden (Perpres) sehingga lebih mudah dilaksanakan hingga tingkat daerah.

Pariwisata untuk Peningkatan Devisa

Dengan pengelolaan pariwisata yang berbasis alam dan masyarakat, pengunjung diharapkan memperoleh pengalaman sesuai harapan. Dengan pengalaman yang customize, visitor menjadi lebih betah sehingga tidak ragu balik lagi untuk memperoleh pelayanan terbaik.

"Sasarannya bukan jumlah tapi lama tinggal atau length of stay tiap pengunjung. Dengan masa tinggal yang lama misal 1-2 bulan, maka spending money jadi lebih banyak. Artinya, penerimaan dari sektor pariwisata bisa terus naik," kata Prof Azril.

Peningkatan penerimaan bisa terjadi mulai dari tatanan pusat, daerah, dan dirasakan masyarakat langsung. Hasilnya pariwisata Indonesia bisa terus berkembang, bukan dari aspek kedatangan jumlah turis tapi kontribusi yang diberikan pada perekonomian negara dan daerah.




(row/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads