Uniknya Rumah Adat Ende yang Beratap Alang-alang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Uniknya Rumah Adat Ende yang Beratap Alang-alang

Nala Edwin - detikTravel
Senin, 01 Jun 2015 15:50 WIB
Rumah adat Saoria Tenda Bewa di Ende, NTT (Nala/detikTravel)
Ende - Sebuah bangunan unik yang fungsinya sebagai rumah adat masih berdiri tegak di Ende, Nusa Tenggara Timur. Rumah adat ini beratap dari alang-alang dan masih dihuni beberapa keluarga sekaligus.

Rumah adat ini terletak di atas bukit di kawasan Wolotopo, Ende, NTT. Perlu perjalanan sekitar 45 menit dengan mobil dari pusat Kota Ende menuju kawasan Wolotopo. Perjalanan ke Wolotopo menyusuri jalan sempit yang berliku juga pinggiran pantai untuk bisa mencapai rumah adat bernama Saoria Tenda Bewa, Selasa (1/6/2015).

Pada bagian bawah rumah adat ini terdapat perkampungan. Harus sedikit menanjak melintasi perkampungan ini untu bisa mencapai rumah adat tersebut. Setelah berada di atas bukit di dekat rumah itu pemandangan terlihat sangat indah. Laut dan bukit yang tertutup awan terlihat indah dari sekitar rumah tersebut.

Rumah-rumah di kampung ini kebanyakan sudah menggunakan atap dari seng dan tidak ada lagi yang memakai atap dari ilalang.

"Rumah ini ditinggali oleh pemangku adat," kata Bernard, salah satu warga yang tinggal di dalam rumah itu.

Namun tak hanya keluarga Bernard saja yang tinggal di rumah adat ini. Ada 5 keluarga lainnya, yang merupakan kerabat Bernard, tinggal di sini.

Rumah berbentuk panggung ini memiliki ukiran di bagian pintunya. Di bagian dalam terdapat tiga dapur yang bisa digunakan secara terpisah oleh keluarga ini.

Di dinding rumah ini terdapat gong-gong berukuran kecil yang dipajang secara memanjang. Pada bagian bawahnya terdapat batu-batu juga sebuah peti kecil terletak di sudut rumah. Meski atap rumah ini terbuat dari ilalang namun tidak mengalami kebocoran saat hujan.

"Terdapat banyak pusaka di rumah ini," katanya.

Bernard mengatakan rumah ini biasanya digunakan untuk berbagai upacara adat, seperti pembukaan lahan pertanian baru atau panen.

"Upacara-upacara ini dimuai di rumah ini dan berakhirnya juga di sini," katanya.

Bernard mengatakan, rumah adat tersebut terakhir mendapatkan perbaikan pada 2005 lalu. Menurutnya saat perbaikan dan pergantian bagian rumah ini memerlukan acara adat tertentu.

"Jadi memang biayanya cukup mahal kalau untuk perbaikannya," katanya.

(Sri Anindiati Nursastri/Sri Anindiati Nursastri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads