6 Hewan Ajaib dari Sulawesi Utara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Sulawesi Utara

6 Hewan Ajaib dari Sulawesi Utara

Wahyu Setyo - detikTravel
Kamis, 20 Agu 2015 15:25 WIB
6 Hewan Ajaib dari Sulawesi Utara
(Gilang/ACI)
Bitung - Sulawesi Utara juga menyimpan pesona hewan-hewan eksotis nan langka yang bisa dilihat oleh traveler. Semuanya tersimpan di Taman Nasional Tangkoko di Kabupaten Bitung, mulai dari tarsius, hingga kuskus kerdil semuanya ada!

Hewan-hewan berikut bisa dibilang ajaib karena tidak ditemukan di belahan bumi lain. Dihimpun detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (19/8/2015), inilah 6 hewan ajaib di Taman Nasional Tangkoko:

1. Tarsius

(Gilang/ACI)
Hewan ajaib pertama yang bisa traveler jumpai di Tangkoko adalah Tarsius (Tarsius tarsier). Hewan yang masuk dalam kategori primata terkecil di dunia ini sungguh unik, dilihat dari bentuk wajahnya saja sungguh lucu. Matanya besar dan telinganya lebar, mirip sebuah topeng.

Hewan ini termasuk binatang yang dilindungi oleh undang-undang. Status konservasinya sendiri menurut IUCN termasuk vulnerable alias rentan untuk punah. Perdagangan hewan ini dilarang dan tidak boleh dipelihara di luar wilayah habitatnya tinggal.

Ada beragam jenis tarsius, namun yang tinggal di Tangkoko adalah jenis Tarsius Sulawesi dengan nama spesies Tarsius tarsier. Makhluk nokturnal dengan ukuran tubuh hanya sepanjang 10 cm ini bisa traveler temui di TN Tangkoko, Bitung, sekitar 2 jam perjalanan dari Manado.

2. Yaki

(Afif/detikTravel)
Masih masuk ke dalam golongan primata, hewan berikutnya yang khas dari Tangkoko adalah Yaki. Hewan ini tergolong sebagai bangsa kera dengan warna rambut hitam pekat di sekujur badan. Tak hanya itu, warna badannya pun hitam pekat juga.

Oleh sebab itu hewan ini memiliki nama ilmiah Macaca nigra, yang berarti monyet hitam. Meskipun didominasi warna hitam, namun pantat hewan ini berwarna merah. Sungguh unik!

Namun sayang, status konservasi hewan ini masuk ke dalam golongan terancam punah akibat perburuan. Konon, masyarakat setempat gemar berburu Yaki untuk dikonsumsi dagingnya. Padahal jika dilihat, hewan ini cukup lucu untuk dibiarkan hidup bebas di alam liar.

3. Burung Maleo

(Jejak Petualang)
Hewan berikutnya berasal dari bangsa burung, namanya Burung Maleo. Meskipun masuk bangsa burung, Maleo dewasa lebih suka berjalan-jalan di atas tanah dibandingkan terbang. Padahal anak burung Maleo yang baru saja menetas sudah bisa terbang, tetapi seiring dia tumbuh besar, Maleo kehilangan kemampuan terbangnya.

Yang unik lagi dari burung ini adalah, Burung Maleo akan mengerami telurnya dengan cara menguburkan telur-telur itu di dalam pasir yang memiliki temperatur hangat akibat dengan sumber panas bumi. Secara tidak langsung, Maleo berarti tinggal di kawasan pegunungan vulkanis yang masih aktif.

Burung Maleo yang memiliki nama ilmiah Macrocephalon maleo memiliki panjang sekitar 55 cm. Status konservasinya sendiri terancam punah karena perburuan oleh manusia. Manusia mengincar telur burung Maleo yang ukurannya 8 kali lipat lebih besar daripada telur ayam.

4. Burung Serak Sulawesi

(Sam Woods/Tropical Birding)
Masih masuk dalam keluarga burung, ada Burung Serak Sulawesi yang begitu khas untuk dilihat traveler di TN Tangkoko, Bitung. Ukuran burung ini cukup besar, mencapai 43-46 cm. Cirinya memiliki lempeng wajah yang putih agak gelap, dengan tepi muka berwarna gelap.

Serak Sulawesi yang masuk dalam keluarga burung hantu ini memiliki nama ilmiah Tyto rosenbergii. Status konservasinya belum begitu terancam, alias masih banyak ditemukan dengan mudah di alam. Burung ini endemik di Sulawesi dan tidak bisa ditemukan di pulau lain di Indonesia.

5. Kuskus Kerdil

(Afif/detikTravel)
Kuskus merupakan spesies khas yang hidup di kawasan Indonesia Timur. Hewan marsupial alias memiliki kantung di bagian depan tubuhnya ini sungguh lucu. Ukurannya pun mini, hanya sekitar 29-38 cm saja. Pantas saja jika hewan ini disebut sebagai kuskus kerdil.

Kuskus kerdil memiliki nama ilmiah Strigocuscus celebensis. Hewan ini endemik di Sulawesi Utara dan tidak bisa ditemukan di belahan bumi manapun.

Status konservasi hewan ini rentan untuk punah. Hal itu diakibatkan oleh maraknya perburuan dan menyusutnya luasan hutan yang menjadi hewan berkantung ini. Duh, sungguh sangat disayangkan jika hewan selucu ini terancam untuk punah.

6. Burung Srigunting Jambul Rambut

(Yash Kothiala/orientalbirdsimages.org)
Hewan terakhir yang khas dari Taman Nasional Tangkoko adalah Burung Srigunting Jambul Rambut. Namanya yang cukup panjang rasanya menjelaskan ciri utama burung ini. Yaitu adanya jambul berupa bulu-bulu seperti rambut yang panjang di mahkotanya.

Burung ini banyak tersebar di sepanjang semenanjung Malaysia hingga ke Sulawesi, namun khusus di Sulawesi ada ciri pembedanya yaitu memiliki iris mata berwarna putih.

Burung yang memiliki nama ilmiah Dicrurus hottentotus ini masih bisa ditemukan dengan mudah di TN Tangkoko karena statusnya belum terancam punah. Sungguh beruntung traveler jika bisa melihat hewan-hewan ini hidup bebas di alam liar.
Halaman 2 dari 7
Hewan ajaib pertama yang bisa traveler jumpai di Tangkoko adalah Tarsius (Tarsius tarsier). Hewan yang masuk dalam kategori primata terkecil di dunia ini sungguh unik, dilihat dari bentuk wajahnya saja sungguh lucu. Matanya besar dan telinganya lebar, mirip sebuah topeng.

Hewan ini termasuk binatang yang dilindungi oleh undang-undang. Status konservasinya sendiri menurut IUCN termasuk vulnerable alias rentan untuk punah. Perdagangan hewan ini dilarang dan tidak boleh dipelihara di luar wilayah habitatnya tinggal.

Ada beragam jenis tarsius, namun yang tinggal di Tangkoko adalah jenis Tarsius Sulawesi dengan nama spesies Tarsius tarsier. Makhluk nokturnal dengan ukuran tubuh hanya sepanjang 10 cm ini bisa traveler temui di TN Tangkoko, Bitung, sekitar 2 jam perjalanan dari Manado.

Masih masuk ke dalam golongan primata, hewan berikutnya yang khas dari Tangkoko adalah Yaki. Hewan ini tergolong sebagai bangsa kera dengan warna rambut hitam pekat di sekujur badan. Tak hanya itu, warna badannya pun hitam pekat juga.

Oleh sebab itu hewan ini memiliki nama ilmiah Macaca nigra, yang berarti monyet hitam. Meskipun didominasi warna hitam, namun pantat hewan ini berwarna merah. Sungguh unik!

Namun sayang, status konservasi hewan ini masuk ke dalam golongan terancam punah akibat perburuan. Konon, masyarakat setempat gemar berburu Yaki untuk dikonsumsi dagingnya. Padahal jika dilihat, hewan ini cukup lucu untuk dibiarkan hidup bebas di alam liar.

Hewan berikutnya berasal dari bangsa burung, namanya Burung Maleo. Meskipun masuk bangsa burung, Maleo dewasa lebih suka berjalan-jalan di atas tanah dibandingkan terbang. Padahal anak burung Maleo yang baru saja menetas sudah bisa terbang, tetapi seiring dia tumbuh besar, Maleo kehilangan kemampuan terbangnya.

Yang unik lagi dari burung ini adalah, Burung Maleo akan mengerami telurnya dengan cara menguburkan telur-telur itu di dalam pasir yang memiliki temperatur hangat akibat dengan sumber panas bumi. Secara tidak langsung, Maleo berarti tinggal di kawasan pegunungan vulkanis yang masih aktif.

Burung Maleo yang memiliki nama ilmiah Macrocephalon maleo memiliki panjang sekitar 55 cm. Status konservasinya sendiri terancam punah karena perburuan oleh manusia. Manusia mengincar telur burung Maleo yang ukurannya 8 kali lipat lebih besar daripada telur ayam.

Masih masuk dalam keluarga burung, ada Burung Serak Sulawesi yang begitu khas untuk dilihat traveler di TN Tangkoko, Bitung. Ukuran burung ini cukup besar, mencapai 43-46 cm. Cirinya memiliki lempeng wajah yang putih agak gelap, dengan tepi muka berwarna gelap.

Serak Sulawesi yang masuk dalam keluarga burung hantu ini memiliki nama ilmiah Tyto rosenbergii. Status konservasinya belum begitu terancam, alias masih banyak ditemukan dengan mudah di alam. Burung ini endemik di Sulawesi dan tidak bisa ditemukan di pulau lain di Indonesia.

Kuskus merupakan spesies khas yang hidup di kawasan Indonesia Timur. Hewan marsupial alias memiliki kantung di bagian depan tubuhnya ini sungguh lucu. Ukurannya pun mini, hanya sekitar 29-38 cm saja. Pantas saja jika hewan ini disebut sebagai kuskus kerdil.

Kuskus kerdil memiliki nama ilmiah Strigocuscus celebensis. Hewan ini endemik di Sulawesi Utara dan tidak bisa ditemukan di belahan bumi manapun.

Status konservasi hewan ini rentan untuk punah. Hal itu diakibatkan oleh maraknya perburuan dan menyusutnya luasan hutan yang menjadi hewan berkantung ini. Duh, sungguh sangat disayangkan jika hewan selucu ini terancam untuk punah.

Hewan terakhir yang khas dari Taman Nasional Tangkoko adalah Burung Srigunting Jambul Rambut. Namanya yang cukup panjang rasanya menjelaskan ciri utama burung ini. Yaitu adanya jambul berupa bulu-bulu seperti rambut yang panjang di mahkotanya.

Burung ini banyak tersebar di sepanjang semenanjung Malaysia hingga ke Sulawesi, namun khusus di Sulawesi ada ciri pembedanya yaitu memiliki iris mata berwarna putih.

Burung yang memiliki nama ilmiah Dicrurus hottentotus ini masih bisa ditemukan dengan mudah di TN Tangkoko karena statusnya belum terancam punah. Sungguh beruntung traveler jika bisa melihat hewan-hewan ini hidup bebas di alam liar.

(krn/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Sulawesi Utara
Travel Highlight Sulawesi Utara
18 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads