Hutan di Papua yang Belum Pernah Dimasuki Manusia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015

Hutan di Papua yang Belum Pernah Dimasuki Manusia

Afif Farhan - detikTravel
Jumat, 11 Sep 2015 07:50 WIB
Lihatlah, warna hijau itu adalah lumut yang menyelimuti bebatuan (Afif/detikTravel)
Ugimba -

Papua menawarkan petualangan lengkap untuk traveler bernyali. Coba saja susuri jalur pendakian ke Puncak Carstensz dari Ugimba, Anda akan merasakan hutan perawan yang belum terjamah manusia!

Tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, beruntung menjadi traveler pertama yang menjelajahi hutan perawan tersebut. Hutan yang masyarakat Desa Ugimba sendiri saja, belum pernah masuk ke sana.

Terhitung dari tanggal 21 sampai 26 Agustus, selama 5 hari kami menjelajahi hutannya. Sebenarnya, hutan tersebut merupakan hutan hujan tropis yang penuh lumut. Semuanya serba hijau tanpa manusia yang memang tidak bisa tinggal di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hutan hujan tropis tersebut, dipenuhi lumut dan akar-akar pohon yang besar. Jadi kalian kebanyakan tidak berjalan di tanah, melainkan di atas akar-akar atau kayu-kayu dari pepohonan yang tumbang," tutur Rini Indyastuti, perwakilan dari Yayasan Somatua kepada tim jurnalis, ketika sedang berada di Timika, beberapa hari sebelum kami menuju ke Sugapa.

Rini yang sempat menjadi dosen biologi di Universitas Duta Wacana, Jawa Tengah menambahkan, lanskap hutan hujan tropis memang jadi awal pendakian yang cukup berat untuk tim jurnalis. Selain karena konturnya perbukitan, jalanan di sana sangat licin dan rawan ambles akarnya.

Benar saja, saya beberapa kali sempat terjatuh. Yang bikin deg-degan, ketika akar yang saya pijak ambles karena akar yang diinjak rapuh. Kaki kanan saya menyerosok ke bawah dan mencari-cari pijakan. Ternyata, tanahnya masih di bawah lagi.

Tak sampai di situ, saya pun melewati hutannya dengan berbagai cara. Dari berjalan kaki, merangkak, sampai jongkok untuk menghindari pepohonan yang tumbang atau trek yang terlalu curam.

Para pendaki yang ikut dalam rombongan kami juga merasakan hal yang sama. Ericks Rachmat, sempat beberapa kali terjatuh karena lumut yang licin. Malah, dia juga rela berjalan melebar dari jalur demi menghindari berjalan di batang kayu yang besar dan ditumbuhi lumut.

Trekking pole, yakni tongkat untuk pendakian sangat amat berguna. Bahkan, tiga pemandu kami pun memakainya supaya lebih menghemat tenaga dan menjaga keseimbangan.

"Kalau lagi mendaki, trekking pole dipendekin. Kalau turunan, dipanjangin lagi biar nggak gampang cape," ujar Ardeshir Yaftebbi, salah satu pemandu kami.

Perjalanan menembus hutan hujan tropis yang masih perawan ini benar-benar sungguh petualangan yang mendebarkan. Fisik menjadi yang nomor kedua, karena nomor satunya adalah mental yang pantang untuk menyerah.

"Capek itu cuma di pikiran saja. Jangan dirasain," begitu ucapan yang sering dilontarkan Ardeshir untuk menyemangati kami.

(aff/Aditya Fajar Indrawan)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
Ekspedisi Jurnalis Carstensz
48 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads