Kata siapa Jakarta tidak punya batik seperti Pekalongan atau Solo. Buktinya sejak zaman penjajahan Belanda ratusan tahun silam, batik sudah ada di Jakarta. Bagaimana sejarahnya? Siti Laela, pendiri Kampung Batik Betawi Terogong menceritakannya kepada detikTravel di Kampung Batik Betawi Terogong, Jl Terogong III No 27, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Kamis (8/10/2015).
"Dulu namanya batik Jakarta bukan batik Betawi. Motifnya pun kebanyakan burung hong yang sekarang sudah punah, gigi buaya dan kain bertumpal pucuk rebung. Di tahun 1970-an, batik Betawi hilang pamornya," tutur wanita yang sering disapa Laela ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ayal, batik Jakarta pelan-pelan tengelam. Sampai di tahun 2012, akhirnya pihak Pemprov DKI Jakarta kembali membuka mata. Bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi, batik Jakarta coba dihidupkan kembali. Salah satu caranya, mengelar pelatihan yang mengajak para PNS (pegawai negeri sipil). Laela, adalah salah satu PNS yang ikut pelatihannya.
"Saya dikasih pelatihan mengenai sejarah batik Jakarta dan para pelatihnya berasal dari berbagai daerah seperti Pekalongan, Cirebon dan Solo. Alhamdulillah, akhirnya batik Jakarta ada lagi tapi lebih dikenal dengan nama batik Betawi," tutur ibu tiga anak ini.
Laela pun patungan dengan lima saudaranya. Mereka mengumpulkan modal untuk membangun Kampung Batik Betawi Terogong di tempat tinggalnya. Kampung batik sebagai tempat pelestarian batik Betawi sekaligus destinasi wisata.
Tiga tahun sudah, sampai saat ini Kampung Batik Betawi Terogong telah berdiri. Pekerjanya sudah 7 orang yang sehari-hari membatik di sebuah saung besar. Apa saja sih motifnya?
"Motif batik Betawi ini menggambarkan kebudayaan Betawi sampai lanskap Kota Jakarta. Ada ondel-ondel, pengantin Betawi, alat musik tradisional seperti tanjidor, buah mengkudu, Monas sampai Tugu Selamat Datang. Kita mau kenalin ke wisatawan tentang Betawi melalui batik ini," ungkapnya.
Batiknya dibagi dua jenis, batik cap dan batik tulis. Batik cap, proses pembuatannya dengan menggunakan cap, sedangkan batik tulis, digambar dengan tangan. Proses pembuatan keduanya pun tanpa menggunakan mesin lho!
"Yang harus orang tahu, batik berbeda dengan batik printing. Batik (seperti di Kampung Batik Betawi ini), pembuatannya menggunakan lilin. Batik printing itu pakai tinta, harganya jauh lebih murah," tutur Laela.
Soal harga, batik Betawi yang dia jual berkisar dari Rp 124 ribu sampai jutaan rupiah. Harga batik tulis lebih mahal dari batik cap. Selain itu, masih ada produksi lainnya seperti dompet hingga sandal yang juga bermotifkan batik.
"Wisatawan boleh datang ke sini untuk belajar membatik dan lebih tahu tentang batik Betawi. Batik kami sudah sampai ke Thailand hingga India. Turis dari Jepang dan Texas, AS saja sudah ke sini. Jangan mau kalah sama turis dong," pungkas Laela.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda