Buka Mata! Di Balik Gemerlap Jakarta, Ada yang Menderita

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Hihlight Sisi Lain Jakarta

Buka Mata! Di Balik Gemerlap Jakarta, Ada yang Menderita

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 08 Okt 2015 19:07 WIB
Pemukiman di Pasar Ikan (Afif/detikTravel)
Jakarta - Lupakan imej Jakarta yang glamour. Di balik gedung yang mewah, masih ada saudara kita yang hidup miskin. Wisatawan bisa ikut tur sisi lain Jakarta yang melatih jiwa sosial.

Jakarta Hidden Tour sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berdiri sejak tahun 2009, namanya lebih dulu mencuri perhatian turis mancanegara dibanding wisatawan Indonesia sendiri.

"AFP, CNN, Reuters, VOA dan masih banyak lagi sudah meliput tentang Jakarta Hidden Tour. Sudah 1.000 lebih turis kita bawa," ujar Parlin Tampubolon, perwakilan dari Jakarta Hidden Tour kepada detikTravel di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (7/10/2015) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jakarta Hidden Tour mengajak pesertanya jalan-jalan ke pemukiman yang kumuh. Pemukiman yang jauh dari kata layak, yang kotor, panas, bau dan entah bagaimana lagi menggambarkannya. Tapi, ada satu tujuan mulia dari tur yang didirikan oleh Ronny Poluan dan dibantu oleh istri dan Parlin Tampubolon ini.

"Kita mengajak turis untuk melihat sisi lain Jakarta, sekaligus mengajarkan mereka untuk membantu masyarakat dan saling bertukar budaya. Turis tidak hanya menikmati sejarah dan bangunan di Jakarta, tapi juga bisa interaksi langsung dengan masyarakatnya terutama kalangan menengah ke bawah," papar pria yang akrab disapa Parlin tersebut.



detikTravel pun langsung mencoba ikut Jakarta Hidden Tour. Bersama dengan Andrew, turis asal Australia, kami memulai perjalanan dari Kantin Mega Rasa di dalam kawasan Kota Tua, menuju ke pemukiman di sekitar utara Jakarta. Bukan naik mobil ber-AC tapi bus kopaja yang panas.

"Kita ke daerah Jl Tongkol dan Pasar Ikan di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa. Kita memang sengaja naik transportasi umum biar benar-benar merasakan bagaimana transportasi di sini. Kita baik kopaja, bajaj, becak sampai sampan," tutur Parlin.

Andrew pun happy-happy saja, walau raut mukanya sedikit kaget melihat bus yang penuh sesak tapi terus mengangkut penumpang. Dia juga sering menengak air mineral, karena cuaca yang cukup panas dan keringat berkucuran.

Begitu sampai di Jl Tongkol, Parlin mengajak kami berjalan kaki melintasi gang kecil. Gang yang hanya muat dimasuki manusia, yang motor pun tidak muat masuk. Di sinilah, terdapat rumah-rumah kecil yang berdempet tanpa jeda. Bahkan, udara segar saja tak terhirup.

Kami melihat bagaimana kehidupan orang-orang yang tinggal di sana. Mereka yang bertahan dalam ketatnya sikut-sikutan hidup di Jakarta. Di rumah kecil yang berbatasan dengan rel kereta dan sungai hitam pekat penuh sampah.



"Bagaimana mereka hidup di sini? Bagaimana mereka nyenyak tidur kalau rumahnya sempit? Bagaimana air bersih sehari-hari?" begitulah pertanyaan yang dilontarkan Andrew kepada Parlin.

Parlin menjelaskan segala h dengan detil dan senang hati. Dia mengungkapkan fakta, sebenarnya pemukiman di sini adalah ilegal. Tapi, para pendatang yang mau bekerja di Jakarta dan tak punya cukup biaya, harus mau tak mau tinggal di sini dan hidup seadanya.

Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke Pasar Ikan naik bajaj. Andrew lagi-lagi tampak happy karena dia bisa mencoba tuk-tuk ala Jakarta ini. Walau tentu saja, suara jalannya berisik dan jalanan macet parah plus berdebu.

Di Pasar Ikan, kondisi yang miris kembali terlihat. Masyarakat di sana hidup di atas rumah-rumah terapung di pinggiran pantai. Di bawahnya, air laut yang hitam pekat dan bercampur aneka sampah. Huff...

Kembali, Parlin menjelaskan tentang kesaharian masyarakat di sana. Namun ternyata, ada cerita menarik di Pasar Ikan ini. Di sinilah Jakarta Hidden Tour memiliki sekolah bernama Sekolah Ronny yang mengajarkan anak-anak di sana belajar aneka bahasa sekaligus untuk menghibur turis.

Anak-anak kemudian berbaris lalu bernyanyi lagu 'Brother John' dalam bahasa Perancis, Belanda, Inggris dan Italia. Mereka lalu mengajak Andrew untuk bernyanyi dan berjoged bersama. Asyik!



Selama perjalanan, Andrew ternyata membagi-bagikan alat-alat tulis dan mainan kepada anak-anak. Yang ternyata, inilah kewajiban dari peserta Jakarta Hidden Tour untuk berbagi kebahagian untuk orang lain.

Terakhir, agenda kegiatannya adalah berbagi cerita antar negara. Cerita soal kehidupan sehari-hari tentang orang Indonesia dan Australia. Baik Andrew dan masyarakat setempat pun mendapat ilmu yang berharga.

"Pemerintah Indonesia harusnya lebih membuka mata dan membantu orang-orang susah. Mereka harus mendapat kehidupan yang layak, bukan yang seperti ini," ujar Andrew yang tinggal di Sydney dan bekerja sebagai pengacara.

Jakarta Hidden Tour sendiri menyelenggarakan tur seperti ini hampir setiap hari dari pukul 12.00 sampai sekitar pukul 16.00 WIB yang kebanyakan diikuti oleh turis mancanegara. Tarif yang ditawarkan sebesar USD 50 yang mana setengahnya disumbangkan ke masyarakat setempat dalam bentuk bantuan kesehatan, edukasi dan lain-lain.

Para turis yang ikut tur ini, berasal dari berbagai kalangan dari pelayanan restoran sampai bos perusahaan. Mereka pun dari berbagai negara, seperti Perancis, Belanda, Jerman, AS, Australia sampai Korea Selatan. Untuk pemesanan tur, bisa lihat di situs Jakarta Hidden Tour.

"Saya tahu Jakarta Hidden Tour dari banyak informasi di internet, yang masuk dalam kategori 'things to do in Jakarta'. Ini tur yang sangat menakjubkan, dengan melihat kehidupan orang-orang yang kurang mampu dan merasakan keramahtamahan mereka. Saya sangat suka," pungkas Andrew yang merupakan keturunan Hong Kong-Malaysia ini.



(sst/sst)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Sisi Lain Jakarta
Sisi Lain Jakarta
18 Konten
Liputan khusus sisi lain Jakarta, tempat unik dan luput dari perhatian
Artikel Selanjutnya
Hide Ads