Upacara Bakar Batu, Cara Suku Dani Menyambut Tamu di Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Upacara Bakar Batu, Cara Suku Dani Menyambut Tamu di Papua

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 23 Okt 2015 16:30 WIB
Tradisi bakar batu di Kampung Anemaugi, Papua (Randy/detikTravel)
Wamena - Bagi Suku Dani di Papua, tradisi adat sangatlah dijunjung tinggi. Jika traveler singgah ke kampung Suku Dani di Wamena, Papua Anda akan disambut dengan upacara bakar batu yang sakral.

Aturan adat adalah apa yang mengatur sekaligus menjadi sistem sosial suku Dani dan suku lainnya di Papua. Saat detikTravel bersama rombongan Mahakarya Indonesia berkunjung ke Desa Anemaugi di Wamena beberapa pekan lalu, kami disambut langsung oleh kepala suku yang bernama Yali Mabel.

Pada awalnya, saya dan rombongan disajikan tarian perang oleh bapak Yali Mabel dan pemuda Suku Dani yang mengenakan koteka dan membawa busur serta tombak. Dahulu, perang memang menjadi bagian penting dalam tradisi suku Dani untuk memperebutkan wilayah hingga menghormati leluhur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai tarian perang, barulah bapak Yali mempersilahkan kami masuk ke dalam kampung untuk menyaksikan upacara sambutan sesungguhnya, yakni upacara bakar batu. Melewati pintu masuk kampung, tampak para pemuda dan para mama.

"Upacara bakar batu atau yang disebut Kit Oba Isogoa selalu dilakukan Suku Dani untuk menyambut tamu yang datang atau untuk merayakan sesuatu, nanti api dibuat secara tradisional, lalu dipakai untuk membakar batu," ujar pemandu tur Mahakarya Indonesia, Herriman Sihotang.


(Randy/detikTravel)

Pak Yali Mabel yang tadi menyambut rombongan tampak masuk ke dalam honainya, diiringi oleh beberapa pemuda. Di dalam honainya, pak Yali membuat api dengan cara menggesekkan sebuah rotan ke permukaan batang kayu dengan rumput di bawahnya.

Sambil pak Yali membuat api, para pemuda menyiapkan semacam tempat pembakaran dari kayu yang nantinya akan dipakai untuk memanaskan batu. Ketika pak Yali sudah membuat api dari rumput, api tersebut dipakai untuk membakar rumput yang nantinya akan ditiban dengan batu.

"Para pemuda akan memanaskan batu dengan api, lalu batu yang sudah dipanaskan itu akan dipakai untuk membakar ubi atau babi di dalam lubang," ujar Herriman

Ketika batu sudah dipanaskan, para pemuda dan mama saling bahu membahu untuk memindahkan batu panas ke dalam lubang yang telah dialasi oleh daun. Memindahkan batunya pun tidak dengan tangan telanjang, melainkan menggunakan kayu yang dipotong tengahnya seperti sumpit untuk menjepit batu.


(Randy/detikTravel)

Ketika batu panas sudah disusun sedemikian rupa di dalam lubang yang dialasi daun, kemudian ubi pun ditaruh di atasnya dan ditutup kembali dengan daun. Nantinya panas dari batu akan mengukus ubi tersebut hingga matang.

"Biasanya yang ditaruh di dalam lubang itu bisa ubi bisa babi, tergantung acara," papar Herriman.

Sayang, hujan mendadak turun dan memaksa saya dan rombongan untuk berteduh. Pada akhirnya saya tidak berkesempatan untuk mencoba ubi Papua yang konon paling enak di Indonesia.

Bagi Anda yang sedang liburan ke Wamena di Papua, cobalah melihat kearifan budaya Suku Dani dengan berkunjung ke salah satu kampungnya. Traveler bisa belajar banyak soal budaya dan adat Suku Dani yang kaya. Lestari selalu budaya Indonesia.


(Randy/detikTravel)

(rdy/rdy)

Hide Ads