Wamena adalah kota yang masuk wilayah Kabupaten Jayawijaya, Papua. Lanskap liar dan tak terjamah membuat kota ini tidak bisa diakses lewat manapun kecuali udara. Beberapa tahun lalu, bangunan Bandara Wamena sangat miris. Namun kini bandara tersebut sudah direnovasi menjadi besar dan bersih.
BACA JUGA: Bandara Wamena yang Modern di Jantung Papua
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembah Baliem (Sastri/detikTravel)
1. Lembah Baliem
Wamena dikelilingi oleh lembah yang bernama Baliem. Lembah ini merupakan tempat tinggal beberapa suku, mayoritas Dani. Merekalah suku yang memiliki rumah berbentuk lingkaran yang bernama Honai.
Tiap awal Agustus, Lembah Baliem menjadi tuan rumah festival budaya tertua di Indonesia. Festival Lembah Baliem, begitu namanya, beberapa tahun belakangan menjadi agenda rutin bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata. Beragam ritual budaya, mulai dari tari perang sampai cara masak tradisional berupa bakar batu bisa dilihat wisatawan.
Terlepas dari itu, Lembah Baliem punya panorama yang mengagumkan. Hamparan rumput hijau dipagari Pegunungan Jayawijaya yang tampak megah dari kejauhan. Tiap sudutnya sangat fotogenik!
Mumi di Distrik Kerulu (Sastri/detikTravel)
2. Mumi berumur 280 tahun di Distrik Kerulu
Masih di wilayah Lembah Baliem, terdapat total 6 mumi yang diawetkan secara tradisional. Mumi paling terkenal ada di Distrik Kerulu. Nama muminya Wim Motok Mabel yang berusia 280 tahun.
Wim berarti perang. Sementara Motok artinya panglima, dan Mabel adalah nama aslinya. Dulu, Mabel adalah seorang panglima perang yang sangat disegani di Distrik Kerulu, bahkan seluruh Lembah Baliem. Tak heran Wim Motok Mabel disakralkan oleh penduduk setempat.
Masyarakat Lembah Baliem, termasuk Suku Dani mengawetkan mumi dengan cara diasap dan dibalur lemak babi. Pengasapan dilakukan di dalam honai, sekitar 200 hari lamanya. Mumi ini menjadi incaran banyak wisatawan dan fotografer. Namun kalau mau berkunjung, ada baiknya menyiapkan bujet karena warga setempat seringkali meminta bayaran dengan jumlah yang tidak ditentukan. Tentu saja, Anda bisa menawar.
Telaga Biru, Distrik Maima (Sastri/detikTravel)
3. Telaga Biru
Di pedalaman Lembah Baliem, sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Wamena, terdapat danau mungil dengan air berwarna hijau toska. Telaga Biru, begitu warga lokal menyebutnya, terletak di Distrik Maima. Tidak ada papan petunjuk jalan menuju ke sana. Namun begitu sampai di Maima, seperti yang detikTravel alami waktu ke sana, beberapa anak kecil menawarkan diri untuk menunjukkan jalan.
Butuh 1 jam trekking dari Distrik Maima menuju Telaga Biru. Namun perjuangan menuju ke sana berbuah kepuasan. Telaga Biru eksotis luar biasa. Warnanya biru toska, dengan sedikit gradasi hijau pengaruh pepohonan rimbun di sekitarnya. Danau itu tak terlalu besar, namun tak tampak dasarnya karena warna biru yang sangat mencolok.
Namun, Anda tidak boleh berenang di danau ini karena Telaga Biru disakralkan oleh penduduk setempat. Mereka percaya, orang pertama di Papua berasal dari tengah danau ini. Konon pula, di dasar danau terdapat sebuah honai.
Apa pun ceritanya, Anda akan terhipnotis keindahan Telaga Biru!
Kampung Sekan (Randy/detikTravel)
4. Kampung Sekan
Dari banyak tempat keren di Lembah Baliem, Kampung Sekan adalah salah satu spot tercantik untuk didatangi. Dari kampung ini, traveler bisa melihat Gunung Pugima dari kejauhan.
Rumah-rumah adat dan rumput ilalang terhampar di depan mata, sampai lereng gunung di kejauhan sana. Lanskapnya seperti di luar negeri, tak kalah cantik dengan Norwegia!
Pasir putih Desa Aikima (Sastri/detikTravel)
5. Pasir putih Desa Aikima
Masih di Lembah Baliem, ada Desa Aikima yang punya spot unik berupa bukit penuh pasir putih. Tentu saja ini mengherankan, karena Wamena dan Lembah Baliem terletak ribuan kilometer jauhnya dari pantai.
Bukit tersebut terletak dekat jalan raya, sekitar 15 menit perjalanan dari Kota Wamena. Dari pinggir jalan kita sudah bisa menginjak pasir putih nan bersih. Memantulkan cahaya matahari hingga tampak bak kristal. Tanpa bebatuan, perjalanan ke atas bukit semakin berat lantaran pasir yang sangat empuk.
Tak sampai 10 menit mendaki, bebatuan raksasa di tengah bukit menjadi tempat yang pas untuk berfoto ria. Masih dikelilingi pasir putih, kita bisa melihat lanskap Lembah Baliem yang luar biasa indah. Awan mengambang seperti kapas di tengah langit biru sempurna.
Berdasarkan sains, pasir putih ini ada karena bentukan alam. Dulu Lembah Baliem adalah sebuah danau raksasa bernama Wio. Sekitar tahun 1813, terjadi gempa yang menyebabkan pergeseran dan perubahan geologi.
Dari situ terbentuk pula Sungai Baliem yang meliuk di tengah lembah ini. Konon, pasir putih Desa Aikima adalah salah satu sisi danau purba tersebut. (sst/sst)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!