Ada Satu Lagi Mumi di Papua!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Satu Lagi Mumi di Papua!

Afif Farhan - detikTravel
Selasa, 26 Jan 2016 07:45 WIB
(Maximus/Istimewa)
Jakarta -

Selama ini, mumi Papua diketahui ada di Wamena. Nyatanya, masih banyak mumi Papua tapi belum diketahui banyak orang. Salah satunya, mumi Moni di Sugapa.

Maximus Tipagau, masyarakat asli suku Moni sekaligus pendiri operator tur Adventure Carstensz, Minggu (24/1) kemarin berbagi cerita soal destinasi-destinasi di sekitar Puncak Carstensz. Salah satunya adalah distrik Sugapa, yang berjarak sekitar 80 km dari Puncak Carstensz jika ditarik garis lurus.

"Ini wisatawan tidak tahu, mumi Moni," kata Maximus di kawasan Sudirman Park, Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya, saya sendiri kala mengikuti Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 pada Agustus silam, ingin melihat mumi suku Moni sebelum trekking menembus hutan. Tapi sayang, karena masalah waktu, itu tidak kesampaian.


Mumi Moni dari dekat (Maximus/Istimewa)

Maximus melanjutkan ceritanya sambil memperlihatkan foto-foto muminya kepada saya. Mumi Moni ini bernama Belau Mala. Diperkirakan, usianya sudah 100 tahun lebih. Mengapa dia dijadikan mumi seperti ini, sebab dirinya dianggap berjasa bagi sukunya, Suku Moni.

"Dia adalah orang pertama yang mengantarkan misionaris Katolik ke Sugapa. Karena jasanya itulah, dia dijadikan mumi seperti ini," tutur Maximus.

Maximus menambahkan, ada tiga alasan seseorang di Suku Moni, jenazahnya dijadikan mumi dan dihormati. Pertama adalah karena kepala suku, kedua adalah panglima perang dan ketiga adalah orang yang dianggap berjasa.

"Prosesnya mirip seperti pembuatan jenazah menjadi mumi di Wamena sana. Dikasih minyak babi, didiamkan dan diasapi," kata Maximus.


Maximus bersama salah seorang turis yang berfoto di kotak kayu tempat mumi Moni (Maximus/Istimewa)

Mumi Moni ini satu dari beberapa mumi di Sugapa, yang sudah jadi tempat tinggal suku Moni dari zaman dulu. Dia ditaruh di dalam kotak kayu dan bisa dilihat langsung oleh wisatawan. Biaya melihatnya, tidak dipastikan dipatok berapa, yang pasti mulai Rp 100 ribu.

"Kami dari Adventure Carstensz, menjual paket wisata untuk melihat budaya suku Moni dari dekat sekaligus melihat mumi ini," ucap Maximus.

Seperti di awal artikel ini, saya menyebut mumi Papua sudah dikenal dari Wamena. Wamena dan Sugapa ini sebenarnya sama-sama di rangkaian Pegunungan Tengah, tepat di bagian tengah Papua. Namun beda kabupaten, Wamena di Kabupaten Jayawijaya sedangkan Sugapa masuk dalam Kabupaten Intan Jaya.

Dua daerah tersebut pun dipisahkan oleh hutan belantara yang super lebat. Sama dengan apa yang diucapkan Maximus, mumi di Wamena pun merupakan orang yang berjasa di dalam sukunya. Namun di Wamena, kebanyakan yang hidup di sana adalah Suku Dani.


Mumi di Wamena (Afif/detikTravel)

Tahun 2012 silam, saya pernah melihat langsung mumi di Wamena ketika pertama kali menginjakan kaki di Papua dalam event detikTravel, 'Dream Destination Papua'. Di Distrik Kurulu tepanya, saya tak berkedip melihat mumi Papua!

"Mumi ini diperkirakan umurnya 300 tahun lebih. Dia adalah kepala Suku Wi Motok Mabel. Dia (mumi-red) meninggal karena sakit. Sebelum mati, memang ingin dimumikan supaya warga disini bisa sejahtera dan selalu bahagia," ujar Bertnat, pemandu saya waktu itu.

Mumi ini berwarna hitam dengan posisi duduk dan menatap ke langit. Mulutnya terlihat menganga dengan kedua tangannya memegang masing-masing kedua lututnya. Ada koteka dan juga topi yang terlihat sangat kering.

Jika menarik benang merah, sesungguhnya ada banyak mumi daratan Papua sampai masuk ke wilayah Papua Nugini. Di Papua Nugini, ada mumi di distrik Aseki di wilayah pedalaman yang sulit terjangkau. Silakan baca cerita lengkapnya di sini.


Mumi Wamena yang warnanya hitam (Afif/detikTravel)

Dari mumi-mumi di Sugapa, Wamena dan Papua Nugini, persamannya adalah jenazah yang dimumikan merupakan orang-orang yang terhormat. Baik kepala suku, panglima perang, atau siapa saja yang sudah memberikan kebaikan yang tak terbalas bagi kehidupan tiap sukunya.

Persamaan lainnya adalah proses pembuatannya. Mumi di Papua (termasuk Papua Nugini), tidak seperti mumi di Mesir sana yang di balsem dan dibalut kain. Bentuknya pun, kebanyakan sudah tinggal tulang belulang dan tengkorak.

Cerita mumi Moni dari Maximus, membuat saya membuka mata lebih lebar. Papua, di ujung timur Indonesia masih menyimpan banyak hal yang belum diketahui banyak orang. Hal yang bisa bikin geleng-geleng kepala, menepuk jidat dan takjub tak percaya.

Ah tidak cuma Papua, tapi semua wilayah di Indonesia. Betapa bersyukur dan bangganya diri ini bisa lahir di Bumi Pertiwi yang dianugerahi keindahan alam dan kekayaan budaya yang tak terhitung jumlahnya.

(rdy/arradf)

Hide Ads