Tak hanya di Papua, masyarakat Alor di NTT juga banyak yang gemar mengunyah buah pinang. Buah berkuran kecil yang berwarna hijau ini disukai warga setempat, baik tua maupun muda. Penggemar pinang bisa ditemui di berbagai sisi Alor, seperti di Kampung Takpala yang detikTravel kunjungi pekan lalu.
(Kurnia/detikTravel)
Ketika di kampung tradisional itu, detikTravel melihat langsung betapa asyiknya para bapak-bapak di sana mengunyah pinang. Abner Yetimauh, seorang warga Kampung Takpala yang gemar mengunyah pinang mengatakan bahwa hal tersebut sudah seperti tradisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan bahwa buah pinang juga bermanfaat memperkuat giginya. Abner pun kemudian tersenyum sambil menunjukkan giginya yang kuat walaupun tampak kuning.
"Pinang untuk gigi kuat. Ini gigi saya kuat," ucapnya.
(Kurnia/detikTravel)
Biasanya pinang dikonsumsi bersama dengan sirih dan kapur. Caranya, buah pinang dikupas, kemudian isinya dikunyah-kunyah. Sambil mengunyah pinang, sirih dicocolkan ke kapur lalu ikut dikunyah pula.
Warga setempat seringkali menikmati pinang sambil berbincang-bincang santai. Buat turis yang penasaran ingin mencoba pinang boleh-boleh saja. Pinang bisa dengan mudah didapatkan, misalnya di Pasar Kadelang, Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor.
(Kurnia/detikTravel)
Setumpuk buah pinang dijual Rp 5.000, sirih seikat Rp 5.000, sedangkan kapurnya satu plastik Rp 2.000. Jadi satu paket pinang, sirih dan kapur bisa diperoleh seharga Rp 12.000. Di pasar juga ada pinang kering yang dijual seharga Rp 5.000. (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan