Menelusuri Jejak Portugis di Kampung Tugu, Jakarta Utara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menelusuri Jejak Portugis di Kampung Tugu, Jakarta Utara

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Senin, 09 Mei 2016 07:52 WIB
Gereja Tugu di Kampung Tugu (Randy/detikTravel)
Jakarta - Tidak hanya Belanda, banga Portugis juga pernah singgah ke Batavia dulu. Jejak peninggalannya pun masih bisa ditelusuri di Kampung Tugu.

Mungkin tidak banyak yang tahu mengenai kisah bangsa Portugis dan jejaknya di Batavia dulu. Namun nyatanya, masih ada bukti dan keturunan bangsa Portugis yang dahulu dibawa sebagai tawanan dari Malaka oleh Belanda ke Batavia atau Jakarta kini.

Mereka pun bermukim di Kampung Tugu di Jakarta Utara. Tersembunyi di balik kemajuan pesat industri dan laju kendaraan kontainer yang tidak hentinya melewati kawasan itu 24 jam. Bagian sejarah yang masih hidup dan jarang terdengar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada hari Minggu kemarin, (8/5/2016), detikTravel pun berkesempatan menelusuri jejak Portugis yang masih tersisa di Kampung Tugu bersama komunitas Jakarta Food Adventure (JFA) beserta total 30 peserta termasuk sejumlah media lain.

Didirikan pada 7 Februari 2016, JFD didirikan oleh tiga pria dan satu wanita yang merupakan pemandu wisata berlisensi. Kecintaan mereka pada makanan dan sejarah membuat mereka mengadakan program Charity Walking Tour di Kampung Tugu. Ini adalah program mereka yang ketiga.


Para rekan JFA dan peserta Walking Tour Charity Kampung Tugu (Randy/detikTravel)

Sebagai meeting point, saya dan peserta lain bertemu dengan para rekan dari JFA di Sekolah Tugu Bhakti. Bagi yang belum tahu, sekolah tersebut berada di halaman belakang Gereja Tuju yang merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia.

Saya pun langsung disambut oleh salah satu anggota JFA, Adjie Hadipriawan. Ia dan ketiga rekan lainnya tampak necis dengan menggunakan topi jadul yang dibalut dengan baju putih lengan panjang serta selendang dan celana panjang etnik. Sesuai dengan tema penjelajahan kali ini.

Tak berapa lama, seluruh peserta pun dibagi menjadi empat tim. Tampak pula empat wisatawan yang berasal dari Belanda, Italia, Portugal dan Brasil. Saya pun dipandu oleh Ira Lathief dari JFA yang terlebih dulu memberi penjelasan singkat sebelum memulai tur.

"Tugu itu dari Tu Guese, Portugis itu asal katanya. Ada juga yang kedua itu katanya dari Monumen Tugu dari abad ke-5 yang ditemukan di sini, sekarang disimpan di Museum Nasional," buka Ira.

Sungguh menarik, bahwa ada banyak bukti sejarah yang membuktikan akan keberadaan Portugis hingga monumen dari Kerajaan Tarumanagara yang ada di sini. Sejumlah peninggalannya pun masih dapat ditemukan, antara lain adalah Gereja Tugu serta tradisi yang diturunkan dari generasi awal.

"Orang Tugu asli ada keunikan juga, mereka punya tradisi rebo-rebo setiap 1 Januari atau yang disebut juga tradisi tahun baru, main keroncong tugu dari rumah ke rumah dan makan di rumah terakhir. Ada juga tradisi mandi," ujar Ira.

Menariknya, tradisi tersebut bisa bertahan karena adanya komunitas Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT). Para anggotanya pun terdiri keturunan dari bangsa Portugis dahulu. Terbukti dari marga mereka yang masih bernuansa Portugis.


Bertemu langsung dengan keturunan Portugis (Randy/detikTravel)

"Orang-orang tugu ini punya marga sendiri. Contohnya yang masih ada seperti Abraham, Cornelis, Browne, Andreas, Michiels dan Quiko. Bahasa yang mereka pakai pun masih ada campuran Portugis, disebutnya itu pun Kreol Tugu. Tapi sekarang sudah jarang yang bisa," ujar Ira.

Usai dari Gereja Tugu, rombongan pun singgah ke Kampung Tugu yang berada persis di samping Gereja Tugu. Menariknya, mayoritas masyarakat Kampung Tugu adalah Kristen. Tampak dari sejumlah ornamen bernuansa nasrani seperti salib dan gambar Yesus di depan rumah.

"Kalau di sini kampung-kampung kecil tapi mayoritasnya orang Kristen. Menarik kan, biasanya kampung yang banyak orang Kristennya itu seperti di Manado atau Indonesia Timur. Tapi di Jakarta juga ada," jelas Ira.


Kampung Tugu yang mayoritas beragama Kristen (Randy/detikTravel)

Kemudian, penelusuran dilanjutkan dengan acara makan siang panganan peninggalan Portugis hingga mendengarkan jamuan Keroncong Tugu yang dimainkan langsung oleh grup keroncong setempat, Caufrinho yang masih keturunan bangsa Portugis.

Sejumlah hidangan khas seperti pisang udang, ketan unti, apem kinca hingga portuguese egg tart tersaji dan memanjakan lidah kami. Suasana pun makin meriah ketika sejumlah peserta dan rekan JFA mulai berjoget tarian khas Portugis bersama penduduk yang dipadu dengan permainan alat musik Macina yang khas.


Mencoba kuliner khas sambil mendengarkan Keroncong Tugu (Randy/detikTravel)

Sejumlah peserta pun tampak senang dan puas saat mengikuti acara jelajah Kampung Tugu. Selain bisa menikmati kuliner lokal yang khas dan sulit ditemui, traveler juga bisa belajar banyak hal baru tentang budaya dan jejak Portugis di Jakarta.

"Walaupun saya sudah punya sedikit info tentang Kampung Tugu, ternyata mendengar dan melihat secara langsung lebiih mengena dan dapat informasi yang lebih real," ujar salah satu peserta yang berpofesi sebagai pengajar, Irawati.

Di akhir acara, rombongan juga singgah ke panti sosial Bhakti Kasih yang berada tidak jauh dari Gereja Tugu. Jadi selain berwisata sejarah dan kulineran, JFA juga ikut membantu saudara kita yang membutuhkan. Sesuai dengan tema acara, Charity Tour.

"Hasil dari Walking Tour Charity ini kita akan membagi dengan yang membutuhkan," ujar salah satu pendiri JFA, Idfi Pancani.

Menarik ya. Jadi jika ingin menelusuri jejak Portugis di Jakarta, datang saja langsung ke Kampung Tugu di Jakarta Utara. Ada banyak fakta sejarah yang dapat diketahui di sana.


Para peserta acara dan rekan dari Jakarta Food Adventure (Randy/detikTravel)



(rdy/fay)

Hide Ads