Fenomena Cahaya Surga itu dapat Anda lihat saat berwisata menjelajahi Gua Jomblang di Desa Jetis Wetan, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Jika dari pusat Kota Yogyakarta, jaraknya sekitar 50 km dan bisa ditempuh dengan sepeda motor atau mobil.
detikTravel mewawancarai Cahyo Alkantana, salah seorang ikon petualang Indonesia yang pernah menjadi Ketua Hikespi (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia). Dirinya jugalah, yang merupakan pengelola kawasan Gua Jomblang dan gua-gua lainnya di Gunungkidul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setibanya di Gua Grubug, dari dasarnya terlihat lubang besar dengan berada di ketinggian 100 meter. Dari lubang itulah, pada pukul 11.00 sampai 12.00 WIB bakal terlihat sinar matahari yang masuk ke dalam lubangnya dan seperti tirai. Bahasa fotografernya, Ray of Light (ROL) yakni cahaya matahari yang membentuk garis-garis.
Cahayanya luar biasa indah. Dengan suasana gua yang sangat gelap, cahaya itu makin terlihat begitu mempesona. Dengan suasana yang tenang pula, cahayanya makin terlihat khidmat. Tak ayal, para traveler yang pernah melihat cahaya ini pasti setuju untuk menyebutnya sebagai Cahaya Surga.
"Ya, banyak yang bilang cahaya itu adalah cahaya surga. Saat melihatnya, tak sedikit ada yang salat, bersujud atau berdoa. Cahaya seperti ini terjadi secara alami, tidak ada di tempat lain. Saya sudah ke seluruh gua di dunia, tapi belum pernah menemukan Cahaya Surga seperti di Gua Grubug ini," ungkap Cahyo.
Bagaimana asal muasal dan proses terbentuknya Cahaya Surga ini?
"Cahaya Surga ini terbentuk secara alami. Begini, di dasar Gua Jomblang dan Gua Grubug itu ada sungai bawah tanah yang sepanjang 25 km. Sungai bawah tanah itu memiliki jeram-jeram, sehingga partikel airnya terangkat ke udara. Partikel-partikel air itulah yang kemudian membentur cahaya dan menjadi apa yang kita lihat pada Cahaya Surga itu," papar Cahyo.
Cahyo berujar, dirinya sudah menjelajahi gua-gua di selatan Prancis, gua-gua di Amerika dan gua-gua di Meksiko yang memiliki kontur yang persis seperti Gua Grubug. Namun, gua-guanya tidak memiliki cahaya seperti di Gua Grubug karena beragam hal seperti ada yang tidak memiliki sungai, terkena cahaya matahari atau punya sungai tapi tak memiliki jeram.
Traveler dapat melihat Cahaya Surga ini dari turun di Gua Jomblang dan menelusuri lorong gua sampai ke Gua Grubug. Bisa juga dari Gua Grubug, hanya saja butuh mental dan fisik yang lebih kuat karena turunnya 100 meter ke bawah dan diameternya lubangnya sangat luas.
Untuk melihat Cahaya Surga, sudah banyak tur operator di Yogya yang menjual paket liburan ke Gunungkidul untuk mengunjungi Gua Jomblang dan Gua Grubug. Cahyo berujar, semua operator tur yang menawarkan perjalanan ke Gua Jomblang dan sekitarnya pasti menghubungi dirinya. Sebab Cahyo dan timnya, merupakan para pengurus kelestarian gua-gua di Gunungkidul sekaligus memandu traveler. Turun ke guanya pakai peralatan khusus dengan teknik SRT (Single Rope Technic) yang menggunakan tali, jadi tidak main-main.
Yang jadi pertanyaan, sebenarnya traveler lebih mengenal Cahaya Surga adanya di Gua Jomblang bukan di Gua Grubug. Menanggapi hal itu, Cahyo sedikit tertawa dan mengaku tak mempermasalahkannya.
"Iya banyak yang bilang itu di Gua Jomblang, bukan di Gua Grubug. Tak masalah kok, wong sama-sama satu sistem gua. Tidak apa-apa, terserah saja," katanya.
Fenomena Cahaya Surga bisa dilihat sepanjang tahun. Ayo liburan ke Gunungkidul! Selamat menjelajahi guanya, merasakan suasananya dan melihat Cahaya Surga dengan mata sendiri.
(aff/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol