Kampung Wisata Temenggungan jadi salah satu rekomendasi yang patut dijajal. Letak kampung ini ada di sebelah utara dan timur Taman Sri Tanjung yang dulu bernama Lapangan Tegal Masjid.
Kawasan ini pada masa lalu mengikuti pola kawasan yang diistilahkan sebagai 'sistem pemerintahan Macapat' yaitu di tengah-tengah terdapat alun-alun sebagai lapangan tempat berkumpulnya warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisi timur lapangan dulunya terdapat penjara sebagai perlambang keamanan yang kini sudah menjadi Mall of Sri Tanjung. Di sisi selatan lapangan berdiri Pasar Banyuwangi sebagai pusat perekonomian warga.
Nah letak kampung ini memang berada di pusat kota Banyuwangi. Gapura besar bertuliskan Kampung Wisata Temenggungan (Kawitan) menyambut setiap wisatawan yang berkunjung ke sana.
Traveler bisa langsung menuju kantor Kelurahan Temenggungan untuk transit dan meminta panduan wisata. Ada beberapa paket yang ditawarkan seperti city tour, membatik, pertunjukan silat, menikmati jazz patrol, mencicip kuliner khas Banyuwangi dan berbagai pilihan lainnya.
![]() |
Berkeliling menyusuri gang-gang yang ada di Temenggungan menjadi sensasi tersendiri. Apalagi Kawitan terkenal sebagai salah satu kampung tertua di Banyuwangi yang kaya akan aktifitas seni dan budaya di Kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu.
![]() |
"Rumah adat Using Banyuwangi ada lambang matahari di kayu. Kan Blambangan dan Majapahit masih saudara. Dulu lambang Majapahit kan matahari, jadi masih pakai simbol yang sama. Selalu di atas pintu depan rumah dan di ornamen lainnya," ujar Eko Rastiko yang saat itu memandu detikTraveler.
Salah satu bangunan rumah kuno di Kawitan adalah peninggalan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgokusumo yang menjabat bupati Banyuwangi periode 1867-1881. Saat ini rumah itu dikelilingi kawasan pemukiman padat di lingkungan Sri Tanjung RT 03/RW III dan sudah mengalami renovasi.
Eko menambahkan biasanya rumah kuno yang ada di Kawitan juga memiliki tempat tidur peninggalan dari leluhurnya. Tempat tidur itu disusun untuk dipasangi kelambu dengan ujung tiap tiang menguncup dihiasi cat berwarna emas.
![]() |
Eko menjelaskan zaman dulu Belanda memang tinggal cukup lama di Kawitan. Hal itu dikarenakan letak kampung ini yang dekat dengan pusat pemerintahan. Sebenarnya ada banyak rumah peninggalan Belanda yang berdiri di kampung itu, sayangnya saat ini bangunan kuno itu sudah dihancurkan untuk direnovasi menjadi bangunan yang lebih modern.
Tak hanya menawarkan jelajah sejarah dan seni, kampung ini juga dikenal karena memiliki sumur keramat yang dipercaya sebagai cikal bakal munculnya nama Banyuwangi dalam legenda Putri Sri Tanjung dan Patih Sidopeksa. Sumur itu terletak di salah satu rumah warga dan kerap diziarahi masyarakat yang meyakini bahwa air itu berkhasiat.
![]() |
Eko menjelaskan Kawitan baru saja memantapkan diri menjadi kampung wisata sejak akhir tahun 2015 lalu. Sebelumnya warga disana belum menyadari potensi yang ada di wilayahnya bisa dijual sebagai wisata.
"Baru awal tahun 2016 ini kami jadi kampung wisata. Ya masih banyak kekurangan tapi sudah lebih baik daripada sebelumnya. Sementara memang kantor kelurahan sebagai tempat transit, kami punya keinginan membangun rumah budaya," kata Eko.
Rumah budaya itu menurut Eko akan disulap menjadi tempat pelatihan tari, gamelan dan berbagai kesenian lain yang ada di Temenggungan. Sementara itu Lurah Temenggungan Suka Priyanto mengungkapkan sejak menjadi kampung wisata kini banyak tak hanya wisatawan lokal saja tapi turis mancanegara sudah kerap menyambangi Kawitan.
"Dulu di sini itu kumuh dan sepi. Alhamdulilah sekarang perekonomian warga membaik dan memang kampung wisata ini tujuan awalnya pemberdayaan masyarakat," tukas Suka. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan