Bajo merupakan suku yang tidak bisa dilepaskan dari laut. Bagi mereka, laut adalah rumah. Bahkan mereka membangun rumah mereka di atas laut dengan menggunakan karang, begitu juga dengan Suku Bajo Mola Bahari.
Bajo Mola Bahari merupakan suku Bajo yang paling modern dari seluruh Bajo di Wakatobi. Mereka tinggal di selatan Pulau Wangi-wangi atau biasa di sebut Wanci, Wakatobi. Sebagian masyarakat sudah menggunakan motor sebagai transportasi darat. Mereka sudah membaur dengan kehidupan di darat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kadang arak dalam botol dihanyutkan juga bersamaan dengan daun sirih. Ini merupakan ritual penting bagi Suku Bajo saat melaut atau mereka menyebutnya pergi ke karang.
"Itu sebagai tanda atau salam kepada penjaga laut," Ujar Derdi, guide Suku Bajo Mola kepada detikTravel (4/11/2016).
Tidak sampai di situ, saat berada di laut masyarakat Bajo tidak boleh menggunakan sabun atau parfum. Supaya lingkungan di laut tidak tercemar.
Layaknya orang yang pergi melaut, Suku Bajo juga menyiapkan perbekalan saat pergi ke karang. Namun ada pantangan untuk membuang sisa cabai ke laut. Satu biji cabai pun tidak boleh jatuh ke laut.
Bukan hanya itu, saat di karang Suku Bajo pantang untuk bernyanyi secara keras atau berteriak. Menurut mereka, itu sikap yang tidak sopan terhadap penjaga laut.
"Kami punya banyak nama untuk penjaga laut. Ada Bajo yang menyebutnya Bojanggo, Tambirah, Dugah atau Siti fatima," jelas Derdi.
Masyarakat Bajo memiliki ciri khas yang bisa langsung traveler kenali. Suku Bajo selalu menggunakan bedak dingin sebagai alas wajah. Bedak dingin merupakan bedak yang dicampur dengan parutan kunyit. Sehingga warnanya menjadi kekuningan kemudian dioleskan ke wajah.
Walaupun sudah beradaptasi dengan teknologi, mereka tidak melupakan adat melaut yang menjadi jati diri mereka.
(rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!