Sejak memimpin pada tahun 2008 silam, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, membangun kabupaten yang dulu dikenal sebagai kota pensiun dan kota transit itu dengan identitas baru yang kental dengan Budaya Sunda.
Meski tidak seperti Bogor, Bandung, Sumedang, dan Kuningan yang memiliki sejarah panjang sejak era Kerajaan Padjajaran, namun kini Kabupaten Purwakarta 'terlahir' kembali sebagai daerah yang memiliki identitas kesundaan paling kental di Jabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bentuknya yang berundak tiga dengan ujung menghadap langit ternyata memiliki makna dan filosofi tersendiri. Tiga undakan tersebut adalah cerminan tiga karakter tata negara yang dianut oleh leluhur Sunda dengan makna Tri Tangtu di Buana
![]() |
Undakan pun dibuat runcing menghadap ke langit sebagai simbol bahwa ketiga unsur tersebut menjadi satu dengan berkeyakinan pada Tuhan yang Maha Esa.
"Kalau dalam perspektif kaidah keyakinan saya itu disebut iman, islam, dan ikhsan," jelas Bupati Dedi saat berbincang dengan detikTravel, Minggu (6/11/2016).
![]() |
Lebih lanjut Dedi pun mengatakan, pembentukan identitas tersebut sangat penting karena akan menunjukan karakteristik daerah.
"Identitas karakter itu melambangkan fungsi. Dari fungsi lahir sklus dan pola hidup yang baik," ucapnya.
Selain Gapura Malati, juga terdapat Gapura Indung Rahayu yang merupakan gerbang masuk perbatasan dan menuju pusat kota. Dari segi arsitektur tetap sama dengan Gapura Malati namun Indung Rahayu dibangun lebih besar dan megah.
Saat ini kedua identitas tersebut masih dalam bentuk Peraturan Bupati (Perbup). Namun dalam waktu dekat untuk mengikatnya status identitas tersebut akan diubah menjadi Peraturan Daerah (Perda). (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Hilangnya Si Penjaga Keselamatan, Ketika Museum Dirusak dan Dijarah
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo