Benteng Marlborough di Bengkulu, yang Instagenic Sekaligus Mistis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Benteng Marlborough di Bengkulu, yang Instagenic Sekaligus Mistis

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Minggu, 20 Nov 2016 18:32 WIB
Benteng Marlborough di Bengkulu, yang Instagenic Sekaligus Mistis
Benteng Fort Marlborough di Bengkulu (Fitraya/detikTravel)
Bengkulu - Bengkulu punya benteng warisan penjajah Inggris. Berbagai sudutnya asyik untuk bahan Instagram kamu, tapi jangan lewatkan kisah mistis yang menyelimutinya.

Benteng atau Fort Marlborough terletak di tepi laut menghadap Pantai Tapak Paderi di Bengkulu. Kontur tanahnya agak naik membukit, membuat benteng ini punya pemandangan lepas ke arah lautan.

detikTravel berkunjung ke benteng ini pada Kamis (17/11/2016) menjelang sunset. Ada sejumlah kisah menarik yang bisa kita dapatkan di sana.

1. Kisah parit penuh jebakan

Parit yang kini berisi rumput hijau (Fitraya/detikTravel)
Sebelum masuk ke gerbang benteng, kita melewati jembatan dengan parit mengelilingi benteng. Parit ini untuk perlindungan supaya warga bengkulu

"Ini untuk perlindungan, dulu parit ini dipasangi paku," kata Diki, pemandu kami.

Setelah gerbang dengan pintu kayu yang tebal, kami mendapat ada makam bertuliskan Robert Hamilton dan Thomas Parr. Hamilton adalah tentara dan Parr adalah seorang residen. Mereka dimakamkan di dalam benteng, karena takut makamnya dihancurkan warga yang anti penjajah.

2. Kisah tembok berdarah

Pemandu menunjuk tembok berdarah (Fitraya/detikTravel)
Diki membawa kami melihat lorong benteng yang menjadi display sejarah Bengkulu. Namun lorong satunya lebih seru, karena merupakan bekas ruang penjara.

Karena Fort Marlborough dibangun sebagai benteng pertahanan, ruang penjaranya tidak banyak. Namun, ada kisah tahanan yang begitu spesial. Dia orang Belanda yang dipenjara oleh tentara Inggris.

Dia menggurat dan menulisi tembok dengan darahnya. Diki menunjuk satu spot yang dijaga agar tidak hilang oleh zaman. Kami pikir warnanya masih merah karena darah. Namun mungkin karena sudah tua, warnanya menjadi coklat.

"Tahanan itu menggambar 4 arah mata angin seperti kompas dan menulis pakai bahasa Belanda, kurang lebih jangan salahkan aku mencorat-coret di sini, ini adalah gambaran dari penderitaanku. Kurang lebih begitu," kata Diki.

3. Benteng yang instagenic

Nongkrong dekat meriam yang fotogenik (Fitraya/detikTravel)
Benteng seluas 2,7 hektar ini punya banyak spot asyik untuk foto-foto. Apalagi kalau turis punya Instagram. Diki sang pemandu sudah hafal spot asyik untuk foto-foto.

Gerbang utama dengan pintu besar adalah spot pertama. Sisi benteng yang penuh jeruji, saya pikir penjara, tahunya adalah barak tentara, juga merupakan spot foto yang asyik.

Setiap bastion atau pos jaga di sudut benteng, juga asyik buat jadi spot foto. Yang paling favorit adalah bastion yang menghadap ke lautan. Sementara taman di tengah benteng juga instagenic karena ada banyak meriam yang dipajang di sini.

4. Kisah mistis Benteng Marlborough

Sunset di balik sudut benteng yang mistis (Fitraya/detikTravel)
Sunset tiba ketika kami berada di atas bastion. Matahari turun ke balik sudut benteng yang tampak sepi. Ada semacam bentuk setengah lingkaran di bagian bawah dinding.

"Itu ventilasi untuk ruang bawah tanah. Lagi ditutup karena di sudut sana sedang ada renovasi. Tapi ada cerita penampakan di sana," kata Diki.

Alkisah ada seorang perempuan Inggris bernama Helen yang jatuh cintah dengan pria lokal, sampai pindah agama dan berganti nama menjadi Helen Nurhayati. Keluarganya marah dan mengurung Helen di ruang bawah tanah Benteng Marlborough.

Helen meninggal dalam penahanan. Nah, beberapa pengunjung dan penjaga benteng konon pernah melihat penampakan perempuan bule.

"Paka baju putih ala orang Eropa. Tidak mengganggu, cuma jalan-jalan saja. Atau dia menjadi seperti pengunjung dan mengajak ngobrol pengunjung. Nanti orang itu sadar sendiri, barusan ngobrol sama siapa ya," jelas Diki.

Diki mengaku pernah juga melihatnya pada saat maghrib seperti saat itu. "Dulu Benteng Marlborough turisnya tidak sebanyak sekarang. Dulu lebih sepi," tutupnya.
Halaman 2 dari 5
Sebelum masuk ke gerbang benteng, kita melewati jembatan dengan parit mengelilingi benteng. Parit ini untuk perlindungan supaya warga bengkulu

"Ini untuk perlindungan, dulu parit ini dipasangi paku," kata Diki, pemandu kami.

Setelah gerbang dengan pintu kayu yang tebal, kami mendapat ada makam bertuliskan Robert Hamilton dan Thomas Parr. Hamilton adalah tentara dan Parr adalah seorang residen. Mereka dimakamkan di dalam benteng, karena takut makamnya dihancurkan warga yang anti penjajah.

Diki membawa kami melihat lorong benteng yang menjadi display sejarah Bengkulu. Namun lorong satunya lebih seru, karena merupakan bekas ruang penjara.

Karena Fort Marlborough dibangun sebagai benteng pertahanan, ruang penjaranya tidak banyak. Namun, ada kisah tahanan yang begitu spesial. Dia orang Belanda yang dipenjara oleh tentara Inggris.

Dia menggurat dan menulisi tembok dengan darahnya. Diki menunjuk satu spot yang dijaga agar tidak hilang oleh zaman. Kami pikir warnanya masih merah karena darah. Namun mungkin karena sudah tua, warnanya menjadi coklat.

"Tahanan itu menggambar 4 arah mata angin seperti kompas dan menulis pakai bahasa Belanda, kurang lebih jangan salahkan aku mencorat-coret di sini, ini adalah gambaran dari penderitaanku. Kurang lebih begitu," kata Diki.

Benteng seluas 2,7 hektar ini punya banyak spot asyik untuk foto-foto. Apalagi kalau turis punya Instagram. Diki sang pemandu sudah hafal spot asyik untuk foto-foto.

Gerbang utama dengan pintu besar adalah spot pertama. Sisi benteng yang penuh jeruji, saya pikir penjara, tahunya adalah barak tentara, juga merupakan spot foto yang asyik.

Setiap bastion atau pos jaga di sudut benteng, juga asyik buat jadi spot foto. Yang paling favorit adalah bastion yang menghadap ke lautan. Sementara taman di tengah benteng juga instagenic karena ada banyak meriam yang dipajang di sini.

Sunset tiba ketika kami berada di atas bastion. Matahari turun ke balik sudut benteng yang tampak sepi. Ada semacam bentuk setengah lingkaran di bagian bawah dinding.

"Itu ventilasi untuk ruang bawah tanah. Lagi ditutup karena di sudut sana sedang ada renovasi. Tapi ada cerita penampakan di sana," kata Diki.

Alkisah ada seorang perempuan Inggris bernama Helen yang jatuh cintah dengan pria lokal, sampai pindah agama dan berganti nama menjadi Helen Nurhayati. Keluarganya marah dan mengurung Helen di ruang bawah tanah Benteng Marlborough.

Helen meninggal dalam penahanan. Nah, beberapa pengunjung dan penjaga benteng konon pernah melihat penampakan perempuan bule.

"Paka baju putih ala orang Eropa. Tidak mengganggu, cuma jalan-jalan saja. Atau dia menjadi seperti pengunjung dan mengajak ngobrol pengunjung. Nanti orang itu sadar sendiri, barusan ngobrol sama siapa ya," jelas Diki.

Diki mengaku pernah juga melihatnya pada saat maghrib seperti saat itu. "Dulu Benteng Marlborough turisnya tidak sebanyak sekarang. Dulu lebih sepi," tutupnya.

(fay/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads